JNGGA

Selasa, 15 Mei 2012

tentang cinta


Sekilas tentang dirimu yang lama kunanti memikat hatiku
Jumpamu pertama kali janji yang perna terucap tuk satukan hati kita
Namun tak pernah terjadi..
Mungkinkah masih ada waktu yang tersisa untukku?
Mungkinkah masih ada cinta di hatimu?
Andaikan saja aku tau kau tak hadirkan cintamu..
Ingin ku melepasmu dengan pelukan..
Sesal yang datang slalu, takkan membuatmu kembali
Maafkan aku yang tak pernah tau hingga semuanyapun kini tlah berlalu
Maafkan aku.. maafkan aku…
( ipang – tentang cinta- )

Layaknya sepasang burung dara yang terbang bebas, selalu bersama satu sama lain, melintasi luasnya cakrawala, menembus langit jingga yang menguning dan ditingkah semilir angin. Tetapi tidak untuk hari ini. Sepasang burung dara itu tidak tertawa riang seperti biasanya. Mereka saling diam. Membisu. Membatu. Tidak ada yang ingin memulai untuk bicara, bahkan di tengah hujan yang mengguyur mereka sore ini, mereka tetap tidak ingin mengeluarkan suara. Keduanya berdiri berhadapan memandang satu sama lain. Lelaki itu menatap seorang gadis yang berdiri di hadapannya saat ini, tubuh gadis itu sedikit menggigil, badannya basah kuyup sama seperti dirinya, tatapannya sedikit sayu. Ingin sekali lelaki itu memeluk tubuh gadis yang ada dihadapannya. Andai saja masih bisa! pikirnya. Tetapi sang ego mulai berteriak. Mengalahkan segala yang tak terkalahkan. Bahkan jeritan hatinya saat ini. Sesaat lelaki itu tertegun, ia memejamkan matanya kemudian mengantupkan rahangnya. Ia menarik nafas dan menghembuskannya kuat-kuat. Merasakan sakit yang ia rasakan. Sungguh sakit. Sesak. Perlahan gadis di hadapannya menatap dirinya. Menatap lelaki yang berdiri tegak tepat di depannya. Menatapnya dengan tatapan yang tak terdefinisi. Entah marah, kecewa, sakit atau apapun!
"Please.. dengerin aku dulu. Aku mohon.." ucap gadis itu kemudian. Parau dan serak.
"Aku gak mau dengar apa-apa lagi. Ini udah lebih dari cukup!" jawab lelaki itu tegas.             "Tapi Der, itu semua gak seperti apa yang kamu pikirin, aku cuma pingin…."
"Pingin apa? Pingin nyakitin aku? Pingin buat aku malu? Kamu keterlaluan Vin!"
"Aku terpaksa ngelakuin itu karena aku sayang kamu Der! Kalau aku gak ngelakuin itu mana bisa aku tau semua yang gak aku tau selama ini? Dan akhirnya aku tau! Aku tau satu hal kalau kamu gak sayang sama aku. Kamu cuma ngejadiin aku pelarian aja! Dan itu sakit Der.. Sakit banget!" suara Vina, -wanita itu- melunak.                                                                                       "Kata siapa Vin? Kata siapa?? AKU SAYANG SAMA KAMU. AKU SAYANG BANGET!! TAPI CARA KAMU NYARI TAU ITU SALAH VIN.. SALAH BESAR!! AKU GAK SUKA CARA KAMU!" jawab Derry -lelaki itu- dengan keras. Beruntung saat ini keadaan sekolah tidak begitu ramai. Nyaris sepi karena sebagian dari mereka telah pulang ke rumah masing-masing. Di tambah dengan hujan yang mengguyur kota ini menambah minat para siswa-siswi untuk berlama-lama di sekolah urung.
"Maafin aku Der, aku gak tau kalau.."                                                                                           "Ssstttt.. jangan ngomong lagi" potong Derry sambil menaruh jari telunjuknya di bibir wanita itu. Mereka berdua terdiam membisu di tengah derasnya hujan, tidak ada yang bicara lagi. Dan kini kebisuan mereka menimbulkan kesepian. Tidak ada suara apapun kecuali suara rintikan hujan yang jatuh membasahi bumi. Rasa aneh menghinggapi hati Derry. Entah apa yang ia rasakan saat ini. Ia tetap terdiam. Tidak mengeluarkan suara. Ada rasa yang menggila dalam dirinya. Rasa untuk mempertahankan sekaligus melepaskan. Sang ego dan perasaan mulai berperang. Perang yang entah kapan usainya. Mungkin setahun, dua tahun, atau mungkin tak kan pernah usai sampai kapanpun. Rasa itu begitu bergejolak dalam dirinya. Ia sayang wanita ini, tetapi perbuatannya belum bisa ia maafkan.
"Kita selesai disini" ucap Derry pada akhirnya. Vina hanya bisa terdiam mendengar ucapan Derry. Perlahan air matanya mulai menggenang di pelupuk mata, setengah mati gadis itu menahannya agar tak turun.
"Aku ingin kita jalani hidup masing-masing" sambung Derry kemudian. Seketika Vina pergi meninggalkan Derry sendirian. Ia berlari menembus derasnya hujan lalu menyetop taksi dan menaikinya. Derry melihat peristiwa itu dalam diam. Perlahan ia menutup matanya, mengantupkan rahangnya dan mengepalkan tangannya.
"AAARRRRGGGGHHHHHHH!!!!!" teriaknya. Seketika ia menghajar tembok yang ada di sampingnya dengan tangannya                                                                                                              
Dan akhirnya semua terjawab. Sang ego lah yang menjadi pemenangnya.
                                                                                                ***
1 tahun kemudian..

Perang antara ego dan perasaan adalah jenis konflik yang tidak bisa dikalahkan. Memerlukan waktu yang sangat lama untuk dapat mengetahui siapa pemenangnya. Atau mungkin memang tidak ada yang menang ataupun kalah. Dan pada akhirnya perang antara ego dan perasaan menimbulkan sesak yang mendalam. Pengap. Sakit. Perih. Dan akhirnya berujung pada penyesalan. Hal itulah yang kini Derry alami dan rasakan. Perlahan ia teringat pada hari-hari yang ia jalani bersama Vina. Saat pertama mereka berkenalan sampai saat-saat mereka merajut tali kasih. Sungguh manis dan indah. Lelaki itu memejamkan matanya lalu mengantupkan rahangnya kuat-kuat. Harus ia akui kini ia menyesal telah berpisah dengan gadis yang dicintainya. Memang pada awalnya lelaki itu setengah hati menjalani hari-hari bersama Vina. Memang ini yang ia inginkan pada awalnya. Tapi mengapa ketika semua telah terjadi ia merasa sangat menyesal. Andai saja masih bisa, lelaki itu ingin sekali menarik gadis itu kembali disisinya. Ingin sekali ia memeluk gadis itu untuk terakhir kalinya sebelum ia benar-benar berpisah dengannya. Ia menyadari janji yang dulu ia berikan tak pernah terwujud sampai saat ini. Kalau boleh jujur sebenarnya Derry sudah mulai menyayangi gadis itu tanpa bayang-bayang Dira -mantannya sebelum Vina- sejak awal bulan lalu sebelum mereka putus. Andai saja Derry tidak memaksakan ego nya dulu, mungkin saat ini ia masih berada disisi Vina.                   
"Maafin aku vin.." ucapnya lirih pada sebuah foto yang berada ditangannya.
"Andai aku dulu mikir gak pake emosi, mungkin gak akan ada kejadian ini. Maaf.. maafin aku. Aku sayang kamu Vin" lanjutnya kemudian

tok.. tok.. tok..
Tak lama kemudian terdengar suara pintu diketuk dari luar. Derry menyuruh orng itu masuk.
"Ada apa Ndra?" ucap Derry pada Indra
"Gue cuma mau tanya. Lo udah tau kalau besok Vina akan pindah ke Ausie?" tanyanya hati-hati.
Deg. Seketika jantung Derry berdegup kencang. Ia tertegun sesaat, menunggu kata-kata yang akan keluar dari mulut Indra selanjutnya.
"Gue sama yang lainnya besok mau ikut ngantar sampai bandara. Lo mau ikut?" tanya Indra kemudian.
"Gak Ndra, gue gak bakal ikut!" ucap Derry kemudian terdengar parau dan serak.
"Kenapa? Masih lo permasalahin masalah yang dulu? Der, gue tau lo marah banget sama Vina tapi lo harusnya udah bisa maafin dia. Dan kalau gue pikir itu semua bukan sepenuhnya salah dia."
"Gue tau! Tapi sumpah perbuatannya dia dulu belum bisa gue maafin. Cara dia ngejebak gue gak lucu Ndra!" ucap Derry ketus.
"Oke terserah lo aja. Tapi asal lo tau Vina pergi dan gak akan balik. Dia bakal kuliah disana dan menetap disana. Gue harap lo gak nyesel!" ucap Indra kemudian dan pergi. Dalam hati Derry merutuki diri. Ada rasa ingin bertemu dan tidak. Sang ego dan perasaan kembali berperang. Dia sudah berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia tidak akan pernah mau bertemu dan bicara lagi dengan gadis itu. Dan dia pun bersumpah tidak akan datang ke bandara apapun yang terjadi! Dan lagi-lagi sang ego berteriak dan menang!
                                                                                                ***
Wangi jingga mulai tercium. Langit pun mulai berubah menjadi jingga, dan goresannya mulai terlihat indah. Burung-burung berterbangan untuk pulang, langit menyamburkan warna orange dihiasi partitur cahaya senja lalu awan-awan pun mulai menggumpal dan membentuk gambaran sempurna. Eloknya langit benar-benar menyemburkan jingga hangat, goresannya yang ranum mulai menyeruak. Pijakan senja saat ini terasa damai, berbagai endapan kebencian dan kemarahan menguap, elegi kepedihan pudar dan perlahan sirna. Langit pun mengulum gerimisnya sore ini. Yang ditampakkannya hanya seutas pelangi yang indah. Ditengah suasana sore yang damai ini seorang lelaki berdiri di depan jendela kamarnya. Melihat ke arah luar. Menatap keadaan sore yang elok. Perlahan ia memperhatikan burung-burung yang terbang kian kemari. Mungkin saat ini mereka menuju sarangnya masing-masing, membawa kabar gembira atau mungkin membawa makanan untuk anak-anak mereka. Derry tersenyum simpul membayangkan hal itu. Tak lama, pikirannya melayang pada ucapan Indra kemarin, hari ini. Tepat malam ini vina akan pergi meninggalkan Indonesia dan dirinya. Entah berapa lama ia disana, mungkin setahun, dua tahun atau mungkin selamanya! Perlahan ia merasa sesak. Decitan hatinya terasa sesak dan pilu. Terasa perih dan menyakitkan. Keadaan hatinya saat ini bagai burung tak bersayap, bagai malaikat tak bertulang dan bagai malai tanpa bintang. Gelap. Sepi. Hampa. Dan pada akhirnya tubuh ini dijejali oleh rasa sakit. Ia pun menarik nafas. Dalam dan hampa. Lalu segera mengambil secarik kertas dan kunci motornya, lalu bergegas menuju bandara.
                                                                                                             ***

"Mohon perhatian kepada seluruh penumpang dengan tujuan pemberangkatan melbourne Australia harap segera bersiap-siap karena 10 menit lagi....."
"Oke guys aku udah dipanggil nih" ucap Vina
"Vin kamu yakin gak akan ngehubungin Derry untuk terakhir kalinya?" ucap Ayu
"Aku udah hubungin dia tadi tapi hp nya gak aktif"
"Gak akan nyoba sekali lagi?" kali ini Tris yang bertanya.
"Gak usah kayaknya dia masih marah sama aku" ucap Vina
"Hmm Ndra titip salam aja ya buat Derry tolong bilang sama dia aku benar-benar minta maaf atas perbuatanku yang dulu itu" sambung Vina.
"Oke pasti ntar aku sampaikan. Jaga diri baik-baik ya Vin, jangan sampai lupa sama kita"
Vina hanya menjawabnya dengan senyuman. Entah senyum apa yang ia tunjukan. Entah terharu, ikhlas, sakit, kecewa bahkan pasrah yang jelas saat ini ia merasa bahagia sekaligus terharu, bahagia karena di akhir keberadaannya di Indonesia ia masih mempunya teman-teman yang amat sangat perduli pada dirinya bahkan di tengah masalah yang ia hadapi dengan Derry pun teman-temannya tetap setia menghibur dirinya dengan tawa dan candaan yang mereka buat. Vina pun tersadar dari lamunannya lalu segera bergegas menuju pesawat, tak lupa ia berpamitan dan memeluk temannya satu per satu sebagai tanda perpisahan. Setelah melambaikan tangan ia pun mulai berjalan menuju arah utara, tempat suara berasal. Sesekali ia melambaikan tangannya pada teman-temannya yang masih tetap menatapnya sampai Vina hilang di kejauhan. Dan pada akhirnya Vina pun makin menjauh dan hilang tertelan oleh kejauhan.
                                                                                                  ***
Terangnya malam oleh rembulan, di tengah dinginnya malam dan disambut keramaian kota, mengantarkan pada satu keadaan. Keadaan dimana semua orang membencinya, termasuk Derry. Ia benci keadaan ini. Disaat dirinya sedang dalam keadaan terburu-buru kenapa keadaan kota begitu padat merayap. Disaat ia akan meminta maaf dan akan menyatakan cintanya pada Vina mengapa tidak didukung oleh keadaan kota. Setangkai mawar dan secarik kertas yang beisi puisi telah ia persiapkan untuk menyatakan cintanya pada Vina. Derry tak bisa menunggu lama lagi karena waktunya tak cukup. Hanya saat ini lah ia mempunyai waktu. Tidak nanti. Besok. Apalagi lusa. Hanya malam ini waktunya untuk meminta maaf kepada Vina. Tetapi jika melihat kondisi jalan saat ini, ia yakin ai akan terlambat. Tidak akan sampai di bandara tepat pada waktunya. Derry cemas. Khawatir. Takut kalau ia tidak mempunyai kesempatan lagi. Takut kalau Vina telah pergi untuk waktu yang tak sebentar. Lelaki itu pun berusaha keras untuk menyalip kanan kiri. Tak perduli ada motor lain yang menyalip dirinya. Bisa dibilang saat ini ia sedang mempertaruhkan nyawanya. Ia tidak menghiraukannya. Tidakperduli. Baginya yang terpentin adalah ia bisa bertemu dengan Vina untuk meminta maaf dan meminta Vina untuk kembali menjadi kekasihnya. Tidak perduli walaupun Derry harus menunggu lama, menunggu Vina pulang. Ia tidak perduli. Ia punya banyak waktu untuk itu. Yang penting ia menyatakan cintanya pada Vina malam ini juga! Pada akhirnya Derry mengambil jalan tikus. Jalan yang tidak mengalami kemacetan. Walaupun itu lebih jauh dari jalan biasanya tapi tak apa asalkan terhindar dari kemacetan, karena bila jalan legang ia bisa menaikan kecepatan laju motornya. Dan benar saja disaat ia mengambil jalan yang berbeda jalanan sangat legang, bahkan nyaris kosong. Keadaan ini ia manfaatkan untuk mempercepat laju motornya. Sesampainya di bandara ia memarkirkan motornya dengan sembarangan. Lagi-lagi ia tak perduli dengan ocehan satpam yang memarahi dirinya, ia tetap bersikeras mencari keberadaan Vina. Tetapi hasilnya nihil. Berkali-kali ia mencari gadis itu tetapi tetap tak menemukan hasilnya. Hingga akhirnya ia sadar bahwa Vina telah pergi meninggalkan Indonesia mungkin bisa dibilang untuk selamanya. Kini Derry hanya dapat menyesali perbuatannya dulu. Menyesali keegoisannya. Lelaki itu pun terlihat lunglai setangkai mawar dan secarik kertas yang ada di tangannya perlahan luruh bersama dengan penyesalan dirinya. Kertas itu pun jatuh menyentuh bumi, dan memperlihatkan isinya. Sebuah puisi yang ia tulis untuk Vina.
Kulukis wajahmu dalam lekuk cakrawala bersama gelegak gairah jiwa yang terbawa hembusan angin
Membawakan partitur cinta disambut teriakan hati dan sorak kerinduan
Kubingkai senyummu dalam balutan bintang di temani sinar rembulan melumuri langit
Kan kusimpan senyummu pada rasi bintang terindah kan ku jaga pada tempat tertinggi di atas langit di temani gugusan bintang dan cerahnya bulan purnama yang tak segera sirna oleh datangnya embun pagi
Adalah senyummu yang slalu menghangatkan, adalah senyummu yang membuatku bahagia
Adalah senyummu yang rupawan nan mempesona terpana aku akan senyummu terbelenggu oleh seulas tarikan kecil di bibir yang membuatmu terlihat indah
Terbelenggu ku oleh senyummu seakan waktu berhenti ketika ku melihat senyummu seakan memberiku pencerahan oleh seulas senyummu
Seulas tarikan di bibirmu…
Kecil namun berakibat besar walaupun seulas tapi ku merasa sebesar dunia
Hanya seulas tarikan di bibirmu tapi mampu menggetarkan hati
Ku harap aku dapat terus melihat senyummu, walaupun hanya seulas atau sedetikpun aku bahagia..

Maaf untuk semua kesalahan yang telah aku lakukan. Aku menyayangimu.
-Derry-

Vina pergi membawa cintanya pada Derry dan Derry tinggal meninggalkan cintanya pada Vina. Entah sampai kapan mereka akan sanggup menunggu. Menunggu kepastian yang tak pernah pasti. Menunggu takdir mempersatukan mereka walau entah kapan. Cinta memang rumit. Kadang mudah tuk dimengerti, tapi kadang sulit tuk dimengerti. Cinta memang membuat manusia berpikir lain atas apayang mereka pikirkan. Cinta adalah anugrah, cinta adalah kidung sanubari, cinta adalah keindahan dan cinta adalah kasih sayang. Cinta datang kepada orang-orang yang masih memiliki harapan, karna cinta begitu indah namun menyakitkan.Tetapi cinta bisa berubah menjadi mukjijat, bisa menimbulkan hal-hal di luar akal piker manusia. Cinta juga bisa menunggu sampai kapanpun dan sampai berapa lamapun, begitupun dengan Derry yang tengah terduduk lunglai meratapi sang gadis pujaannya yang telah pergi entah untuk berapa lama. Yang pasti ia akan tetap menunggu walaupun itu menghabiskan sisa hidupnya.



TAMAT

Sabtu, 12 Mei 2012

In the last

"Rei...!!" teriak seseorang memanggil namanya dengan lantang, dan sudah dapat dipastikan orang-orang yang berada disekitar koridor tempat Rei berjalan langsung memerhatikan mereka berdua. Rei pun menoleh "Ada apa? Lo teriak pelan dikit kek. Malu nih!" protes Rei
"Sorry bro habis kalau gue gak teriak mana bisa lo noleh?"
"Iya juga sih.. Ada apa sih Dik?"

"Ini gue cuma mau ngasih tau kalau minggu depan anak-anak mau ngadain reunian gitu, ya bukan reunian juga sih tapi lebih ke kumpul-kumpul aja. Soalnya udah lama kan kita gak kumpul sama teman-teman SD? Lo mau join?" jelas Andika.
"Oh kumpul- kumpul ya? Gak tau deh Dik liat ntar ya?"
"Oke deh bro, ntar kasih tau gue aja."
Seperti di komando kedua anak manusia itu berpisah dengan sendirinya, memasuki kelas masing-masing.
***

"Minggu depan lo ikut?" tanya seorang gadis yang duduk di tepi tempat tidur sambil memerhatikan temannya yang sedang berbaring kebingungan.
"Gak tau. Gue gak janji" jawabnya acuh.
"Yaaah ko gitu? Ikut dong Nel biar seru"
"Gue gak janji Fit. Liat ntar aja"
"Ah elo mah bilang 'liat ntar' tuh sama dengar artinya 'enggak' kan?"
Dan Nela pun hanya membalasnya dengan senyuman. Entah senyum apa yang ia perlihatkan. Entah senang, sedih, kecewa, menyerah atau pasrah.
"Si Rei ya yang bikin lo gak ikut?" tanya Fitri hati-hati. Nela bangkit dari tidurnya, memandang Fitri sejenak, menghela nafas panjang lalu kemudian mengangguk. Harus ia akui bahwa memang alasan itulah yang membuat dirinya tidak bisa datang ke acara itu.
"Ya ampun Nel udah lah gak usah lo pikirin masalah lo sama Rei. Itu udah lama kan? Cuek aja lah"
"Justru itu Fit gue gak bisa cuek, gini ya kalau gue datang pasti Rei gak datang. Kan lo tau tempo hari dia marah banget sama gue. Dan selama ini tiap ada kumpul-kumpul kayak gitu dia gak datang kan? Jangankan dalam keadaan gini, dalam keadaan baik aja kayak pas kita masih pacaran dia gak datang kan?"

Fitri bergerak mendekati Nela. Seketika rasa bersalahnya itu muncul. Dia lalu memeluk sahabatnya itu.
"Kenapa sih lo Nel kan udah jelas dia yang salah, tapi kenapa Rei yang marah? Harusnya elo kan yang marah karena elo yang dibohongin mentah - mentah?" ucap Fitri dengan suara melunak.
"Gue juga gak tau Fit. Mungkin cara gue ngejebak dia dengan pura-pura jadi orang lain itu yang bikin dia marah. Kayaknya dia paling benci dijailin."
"Ya kalau gitu impas dong Nel, sama-sama bohong. Harusnya dia udah gak marah lagi lah"
"Dia emang udah gak marah, kemarin-kemarin gue sms dia untuk minta maaf. Tapi ya gitu deh dia udah maafin tapi kayaknya masih nyesek sama gue"
"Nah kalau kalian udah maafan elo datang dong" ucap Fitri seraya melepas pelukannya.
"Gak Fit, gue tetap gak akan datang. Gue masih bisa ngerasain rasa nyesek dia. Dia gak akan datang kalau gue datang. Please ya Fit jangan paksa gue. Gue cuma pingin Rei datang. Itu aja" jawab Nela dengan tubuh melemas, mungkin lebih tepatnya pasrah.
"Oke gue gak akan maksa lagi ko. Gue ngerti"
"Thank's ya" jawab Nela tersenyum simpul. Lalu kedua sahabat manusia itu berpelukan. Lepas sudah beban yang Nela rasakan kini. Walaupun sebenarnya ia rindu Rei, ingin bertemu dengannya, walaupun jauh juga tak apa. Biar. Asalakan ia dapat melihat wajah Rei walaupun sekilas dan jauh. Yang penting ia tak tertangkap oleh mata Rei agar yang hidup bisa tetap hidup dalam penglihatan Nela
                                                                                     ***

 Di suatu sore, saat langit mulai menjingga, saat matahari mulai terbanam, terdapat dua anak manusia yang sedang duduk berhadapan di sebuah kedai kue dan kopi, mereka berbicara santai sambil menyantap makanan yang mereka pesan.
"Rei lo ikut kan lusa?" tanya Andika membuka percakapan
"Gak tau. Kayaknya enggak" jawab Rei dingin.
"Ah elo.. Ikut dong, selama ini kan kalau ada kumpul-kumpul kayak gini lo gak pernah ikut!"
"Males!" jawabnya. Lagi-lagi dengan nada dingin.

 "Kenapa? Males ketemu Nela? Kalau itu yang lo permasalahin tenang aja. Nela gak akan ikut ko"
"Serius lo?"
"Serius gue!"

 "Ah paling itu cuma akal-akalan lo aja. Biar gue datang terus ntar si Nela tiba-tiba datang. Jadi lo ngejebak gue. Gak bakal percaya gue sama tipuan lo Dik!"
"Ya ampun Rei masa lo gak percaya sama gue? Demi Tuhan, Nela gak akan datang!"
"Serius lo? Tau dari mana? Kenapa dia gak datang?" tanya Rei dengan suara yang mulai melunak dan mata yang berbinar.

 "Heeh. Ya ampun harus ngomong berapa kali sih? Gue tau dari Fitri, kemarin di grup katanya Nela titip pesan gitu ke Fitri dan minta maaf kalau dia gak bisa datang, katanya sih ada acara lain."
"Oh gitu ya bagus deh kalau dia gak datang! Gue jadi ikut deh Dik"
"Ah elo giliran Nela gak datang aja elo semangat datang!"
"Ya abisnya gue masih males ketemu Nela

 "Masih lo permasalahin masalah yang dulu?"
"Ya gak juga sih, kemarin-kemarin dia sms gue ko minta maaf."
"Terus?"
"Iya gue maafin lah"

"Terus sekarang apa masalahnya kalau lo udah maafin dia?"
"Gue cuma belum siap aja ketemu dia. Masih kecewa. Nyesek!"
"Ya udah deh terserah lo aja" ucap Andika menutup pembicaraan diikuti oleh tenggelamnya matahari dan datangnya gelap malam.
                                                                                          ***
In the last…

Di satu sisi dua orang anak manusia segera bergegas menaiki sebuah motor untuk pergi ke tempat tujuan. Sedangkan di tempat lain tempak 2 orang anak manusia, hanya saja yang satu terlihat santai dan yang satunya terlihat sibuk merias diri di depan cermin. Nela masih tetap santai dengan kaos dan celana pendeknya, berbaring di atas tempat tidur sambil membaca novel sedangkan Fitri sibuk merias diri untuk bersiap-siap pergi dengan teman-teman semasa SD mereka.
"Lo yakin gak akan ikut?" tanya Fitri.
"Gak Fit" jawab Nela santai.
"Oke deh kalau gitu gue pergi dulu" pamit Fitri.
"Have fun ya? Salamin buat yang lain"
"Buat yang lain atau Rei aja?"
"Rese lo!" ucap Nela yang disusul dengan dilayangkannya bantal kepada Fitri.
"Hahaha gue pergi ya? bye." Lalu Fitri pun mulai melangkah keluar rumah diikuti tatapan Nela. Tatapan yang entah apa maksudnya. Sebenarnya Nela sangat ingin menyusul Fitri. Ingin sekali ia mengejar Fitri dan ikut ke acara itu. Tapi itu mustahil. Ia tak ingin Rei tambah marah padanya. Baginya cukup hal ini saja. Tidak perlu ditambah lagi. Seketika dirinya menjadi begitu nelangsa, kesal dengan keadaan ini. Menyesal dengan apa yang ia lakukan dulu. Kalau dipikir lagi ucapan Fitri memang benar. Seharusnya Rei lah yang mengalami keadaan ini, bukan dirinya. Perlahan ia mulai menitikan air mata diikuti satu lagu yang tiba-tiba terputar di playlistnya. Lagu favorite Rei 'Keyla - sadari hati' seketika Nela tertegun kemudian berbaring dan menangis sesegukan. Tanpa Nela ketahui Fitri merasakan tatapan Nela saat ia pergi. Tatapan yang terasa meusuk punggungnya secara bertubi-tubi. Fitri punberbalik arah dan melihat semua yang terjadi pada Nela.
                                                                                              ***

Waktu menunjukan pukul 8 malam. Fitri sudah sampai di tempat tujuan. Alangkah terkejutnya ketika ia melihat teman-teman SD nya yang dulu kecil mungil kini sudah beranjak dewasa. Mereka tersebar di beberapa SMA di kota ini. Mungkin sebagian ada yang pernah bertemu dengannya sebelum hari ini tapi ada juga yang baru ia lihat saat ini. Semuanya terlihat begitu berbeda. Terlihat tambah cantik dan tampan.
"Hei Fit lo gak sama Nela?" tanya Indra.
"Gak nih. Dia gak bakal datang"

"Loh kenapa Fit?" kali ini Hani yang bertanya.
"Ada acara lain katanya Han" Hani hanya mengangguk.
"Eh apa kabar lo Fit? Tambah kurus aja lo!" ucap Andika
"Eh sialan lo. Segini tuh udah dikit gendutan tau!"
"Gila..! Gendutnya segini gimana kurusnya" celetuk Rei gelegak suara tawa semuanya. Alangkah bahagianya teman-temannya saat ini. Dilihat dari raut muka mereka saat tertawa dan begitu menikmatinya.
"Eh gak ada Nela gak asik ya? Kurang seru nih!" celetuk Feby
"Ia banget. Padahal tuh anak kan yang paling gokil dan bikin kita semua pada senyum" tambah Bima.
"Ajakin Nela dong Rei, suruh dia datang!" celetuk Dewi.
"Loh ko jadi gue?" tepis Rei
"Elo kan mantannya, Toil!!" ucap Bima. Semua orang tertawa dan mengangguk mengiyakan.
"Udah deh udah mending gue telfon Nela ya?" putus Hani. Semua orang mengangguk setuju. Dan seketika itu juga semua orang hening. Ingin ikut mendengarkan pembicaraan Hani dan Nela. Semuanya menatap Hani dengan serius terlebih lagi ketika mereka melihat raut wajah Hani yang keheranan. Sepertinya terjadi sesuatu!
"Ada apa Han?" tanya Dewi ketika Hani menutup teleponnya.
"Apa kata Nela?" tanya Andika
"Dia bilang sih dia gak datang karena ada acara lain yang lebih penting. Tapi ko tadi suara Nela kayak yang lagi nangis ya?"

"Hah? Nangis kenapa?" tanya Indra.
"Gue gak tau. Lo tau sesuatu Fit?" tanya Hani pada Fitri.
"Gak Han gue gak tau"

 "Please jangan bohong sama kita Fit, gue yakin ada apa-apa. Gak mungkin lo gak tau. Lo kan orang yang paling deket sama Nela!"
Fitri terdiam, bingung dengan apa yang ia hadapi saat ini. Apakah harus diceritakan atau dia tetap bungkam? Ia sangat menghargai privasi sahabatnya itu tapi ia juga tak sampai hati melihat Nela nelangsa seperti tadi, menangis sesegukan di sisi tempat tidur. Fitri menarik nafas panjang..
"Oke gue akan cerita, tapi gue mohon kalian semua dengerin gue. Terutama elo Rei!" ucapnya tajam. Perlahan ia mulai menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Mereka semua mendengarkan Fitri sekaligus shock dengan apa yang terjadi terlebih lagi Rei.
"Jadi gitu ceritanya" ucap Fitri di akhir cerita.
"Dan sampai sekarang gue gak ngerti kenapa harus lo yang marah Rei. Padahal kalau gue pikir yang lebih sakit itu Nela. Dan kalau emang lo marah banget harusnya anggap impas! Karena lo juga yang udah bohongin dia malah Nela yang lebih sakit" lanjut Fitri. Hening. Tidak ada yang berani mengeluarkan suara.
"Dia sayang lo Rei. Dia belain nyiksa batinnya sendiri asal lo ikut, asal lo datang. Dia gak pingin lo jadi orang yang beda cuma karena gara-gara ada dia" kembali Fitri yang mengeluarkan suara. Rei terdiam. Ia tersentak dengan apa yang diucapkan Fitri. Perlahan dia mengantupkan rahangnya, menarik nafas dalam-dalam. Seketika kemarahan dan kecewaannya menguap. Tergantikan oleh rasa bersalah.

"Telfon dia.." ucap Rei kemudian, parau dan serak. Bima pun mengeluarkan ponselnya dan menekan keywoad handphonenya dan mencari nomor Nela, lalu menekan tombol hijau dan meletakan handphone itu di telinganya, namun tak kunjung diangkat. Bima pun menggeleng pelan. Disusul dengan Indra yang mencoba menghubungi Nela. Tapi hasilnya nihil.
"Mungkin Nela tau kalau kita nelfon dia buat minta dia datang" ucap Hani kemudian.
"Coba biar gue yang hubungin Nela. Mungkin kalau sama gue diangkat" ucap Rei. Ia pun meminta nomor handphone Nela pada Bima, karena semenjak putus Rei langsung menghapus nomor Nela dari kontak handphonenya. Nada ringtone yang sangat akrab di telinganya kini mengalum lembut. Tak lama kemudian telfon di sebrang diangkat.
"Hallo" ucap Nela
"Nel, kamu dimana?" tanya Rei langsung tepat pada sasaran.
"Maaf ini siapa?" tanya Nela. Rei memejamkan matanya lalu mengantupkan rahangnya, tepat sudah dugaannya, Nela pun menghapus nomor handphone dirinya dari kontaknya.
"Ini aku Rei, kamu dimana Nel?" ucapnya kemudian.
Deg. Nela tersentak mendengar suara yang berbicara padaya. Suara ini. Suara yang sangat ia rindukan.
"Aku lagi.. di.. euu.. di..." jawab Nela kikuk.

 "Aku tau kamu dirumah. Kamu siap-siap sekarang ya? Aku jemput kamu sekarang. Tunggu aku 20 menit lagi!"
"Eh tapi Rei aku..."
Rei buru-buru mematikan telefonnya sebelum Nela protes lebih banyak lagi.
"Gue jemput Nela dulu sekalian nyelesaiin masalah. Gak apa-apa kan lo pulang sendiri Dik?"
"Oke sob gak apa-apa ko. Good luck ya?"
"Kalau bisa lo bawa Nela kesini Rei, gue kangen dia" ucap Hani. Rei hanya membalasnya dengan senyuman lalu segera bergegas menuju rumah Nela

 Beruntung saat ini lalu lintas tidak mengalami kemacetan jadi dalam waktu 10 menit ia sudah sampai didepan rumah Nela. Rei segera turun dari motornya dan mengetuk pintu rumah Nela. Di bukanya pintu oleh Nela dan ketika pintu di buka Nela terlihat kaget karena Rei datang 10 menit lebih awal. Ada rasa rindu yang memuncak dalam diri Nela. Ingin sekali ia memeluk lelaki yang sekarang tengah berdiri dihadapannya. Andai saja masih bisa! batin Nela.
"Yu kita pergi" ajak Rei seraya mengulurkan tangannya.
"Tunggu, aku belum selesai siap-siap Rei" ucap Nela lirih.
Rei hanya tersenyum, lalu menatap Nela.
"Gitu juga udah cantik ko" lau Rei pun mengajak Nela untuk pergi. Setelah Nela meminta izin untuk mengambi jaket dan dompet ia pun ikut pergi bersama Rei. Selama di perjalanan baik Rei maupun Nela tidak banyak mengeluarkan suara. Mereka lebih banyak diam. Keadaan ini membuat keduanya canggung, dan membuat Nela mengurungkan niatnya untuk bertanya pada Rei bahwa mereka akan pergi kemana. Tanpa Nela ketahui, Rei tidak membawa Nela ke tempat teman-teman SD nya berkumpul, melainkan ke salah satu bukin yang menjadi favorite Rei ketika ia sedang ingin sendiri.
"Kok kesini? Yang lain mana?" tanya Nela ketika sampai i tempat tujuan.
"Yang lain gak ada disini, mereka kumpul di tempat lain" jawab Rei

"Terus kamu ngapain bawa aku kesini Rei?"
"Kamu suka tempat ini? Aku suka banget! Kalau aku lagi pingin sendiri pasti aku suka diam disini. Selain tempatnya gak berisik pemandangannya juga indah apalagi kalau malam. Aku jadi ngerasa dekat dengan bulan dan bintang" ungkap Rei mengacuhkan pertanyaan Nela.
"Iya emang pemandangannya bagus, tapi ngapain kita kesini Reeeiiiiiii?? Sementara teman-teman kita gak kumpul disini" protes Nela.
"Iya sabat Non, ini aku mau jawab. Kamu ini dari dulu sampai sekarang bawelnya gak ilang-ilang" jawabnya sambil tersenyum.
"Habisnya kamu nyebelin!"
"Tapi suka kan?" goda Rei.
Seketika Nela tertunduk malu. Tidak menyangka Rei akan mengucapkan kata-kata itu. Rei hanya tersenyum melihat perubahan wajah Nela. Perlahan dia angkat muka Nela agar dapat menatap wajahnya.
"Kenapa kamu harus bohong sih untuk gak datang?" ucap Rei dengan suara melunak dan raut muka tersenyum. Seketika raut wajah Nela menegang.
"Itu.. itu.. hmm aku.. aku.." jawab Nela kikuk.
"Aku udah tau semuanya. Fitri yang cerita semuanya sama aku. Aku gak nyangka kamu berani korbanin ini buat aku. Dan aku juga gak nyangka kalau kamu gak dendam dan masih sayang sama aku" ucap Rei lembut.

"Fitri?" tanya Nela kaget.
"Jangan salah sangka dulu, Hani yang maksa dia ceritain semuanya soalnya dia khawatir dengar suara kamu kayak yang lagi nangis, makanya dia paksa Fitri cerita. Kenapa sih?" ucapnya masih lembut.
"Maaf Rei.." jawab Nela sambil menundukan kepalanya lagi.
"Kenapa mesti minta maaf? Kamu gak salah Nel, dari dulu aku yang salah sama kamu. Aku yang udah nyakitin kamu. Maaf Nel.. Maafin aku" ucap Rei lirih. Nela hanya terdiam, tak bereaksi apa-apa. Hal ini membuat Rei kembali mengangkat muka Nela dan meraih tangannya.
"Nel, pengakuan Fitri buat aku terharu sekaligus sadar kalau sebenarnya aku juga masih sayang sama kamu. Nel, aku pingin kita balik kayak dulu. Please kasih aku kesempatan untuk memperbaiki kesalahan aku dulu" jelas Rei. Nela hanya terdiam, tidak menjawab apapun. Dirinya bingung harus menjawab apa atas pertanyaan Rei. Apakah ini artinya Rei sudah benar-benar memaafkannya? batin Nela.
"Aku udah maafin kamu untuk hal yang dulu itu Nel, aku udah gak marah lagi ko" ucap Rei seperti bisa membaca pikiran Nela.
"Jadi? Kamu setuju kita balik?" tanya Rei. Perlahan Nela tertunduk lalu mengangguk pelan.
"Kamu mau? Serius??" tanya Rei dengan binar. Nela mengangguk sekali lagi, lalu ia maju selangkah menghampiri Rei untuk memeluknya. Hal yang Rei lakukan adalah mundur selangkah menghindari pelukan Nela. Seketika muka Nela menegang dan merah padam menahan malu sementara Rei tersenyum jail menatap Nela. Lalu ia ulurkan tangannya dan meraih tubuh Nela ke dalam pelukannya. Nela dan Rei pun tertawa bersamaan dengan apa yang Rei lakukan. Kemudian Rei urai pelukannya dan menatap Nela tepat di manik mata. Perlahan wajahnya mendekat ke wajah Nela. Rei akan mencium bibir Nela. Seketika Nela panik mendapati tindakan Rei itu, ia pun menutup matanya rapat-rapat. Rei menyaksikan itu dengan senyuman, ketika bibir mereka akan bersentuhan Rei kembali mengeluarkan senyum jailnya. Dan.. Cup!
Ia pun akhirnya mencium kening Nela dengan rasa sayang yang benar-benar tulus dan ia rasakan seutuhnya pada Nela! Bukan pada gebetannya yang membuat mereka putus. Kini Rei benar-benar mencintai Nela sepenuhnya, tidak ada unsur paksaan apalagi menjadikan Nela pelarian seperti yang ia lakukan dulu. Nela pun bias merasakannya melalui ciuman yang didaratkan dikeningnya. Rei pun tau apa yang akan terjadi selanjutnya atas apa yang ia lakukan...
"Reiiiiiiiiii!!" pekik Nela. Lalu Rei pun kembali meraih tubuh Nela kedalam pelukannya.
"I love you Nel" ucapRei seraya mencium puncak kepala Nela.
"Me too" jawab Nela dengan beban yang benar-benar terangkat. Dan pada akhirnya mereka pun berpelukan di bawah terangnya sinar rembulan dan indahnya cahaya bintang.

TAMAT

hmm

oke hari ini tepat 4 mingguan gue putus dari derry tapi gue masih gini-gini aja tuh..
masih belum dapet pacar baru hahahaha =))
oke oke kalau masalah itu sih emg gue sengaja gamau cari cowo lain dulu
ntahlah jadi males pacaran ya intinya gue gamau buru2 hunting cowo lah...
hihihi

hmm selama 4 minggu ini gue semenjak gue putus dari derry banyak bgt hal yg ngingetin gue sama dia.
Dari mulai gue jadi lumayan sering ketemu dia dan sering mimpiin dia juga. Aneh! hahaha

oke gue mulai cerita
jadi gini pas udh gue putus pas hari senin tepatnya pas gue udh masuk sekolah itu teh entah kenapa badan gue lemeeeessssss bgt akhirnya gue minta wulan buat nganter gue sampe rumah dengan motor da gue lemes bgt hari itu dia pun setuju dan mulailah dia nganter gue balik.
pas di daerah lapngan tenis ban motornya tuh kempes kamret bgt lah karna kalau ban motornya kempes otomatis tuh motor jalannya pelan bgt.
gue pun menuju depan hotel karang setra buat tambal ban dan gue lewat jalan biasa kalau gue naik motor lewat karang layung gitu.
pas gue ngelewatin warung tempat si derry mangkal gue rada ngelirik tuh warung dan deg.
alhamdulillahnya gga ada da warungnya tutup begitu gue liat ke depan kegelisahan di muka gue muncul lagi
di depan gue ada anak2 yg lagi nongkrong gitu dan setelah gue selidiki ada si derry
kampreeeet gue gatau harus berbuat apa mana motor gue jalannya lambat lagi :(
motorpun melaju semakin dekat dan jreeeeng........
gue pura2 gga liat dia hahahahaha gue yakin si derry ngeliat gue (cuma dia gamau ngaku aja  kalau dia liat gue) pas gue malik ke belakang jelas bgt dia lagi liatin gue.

next hari
waktu itu gue baru balik dari kc tepatnya hari sabtu.
gue rencananya mau ke rumah si alek mau curhat2 gitu ya mau ga mau dari kpad ke rmh alek lewat rumah si derry kan dengan tekat dan keyakinan yang kuat gue yakin kalau si derry gga ada di teras rumahnya da emg jarang sih si eta diem di teras. eh ternyata pas gue lewat si eta aya lah di teras -_- merod lah aing!

berikutnya hari rabu pas gue lagi bikin properti gitu gue, abas kang basir dan si aji kukurilingan  nyari kardus gitu gue dan yg lainnya lewat karang layung dan sempet gue liat kalau warung tempat derry nongkrong buka tapi sepi sih
pas udh sore sekitar jam 5an gue dan yg lainnya balik ke rumah gue dan lewat situ dan blug! gue liat si derry jelas bgt itu dia pake baju putih celana pendek item kyknya lagi di ajak temen cowo nya buat kenalan sama cewe tapi teuing deh.
pas malemnya gue lagi ngerjain setting tiba2 lakban kertas abis ya udh gue dan si aji beli dulu deh tuh lakban kertas dan tempat pertama yg di kunjungin itu warung tempat derry nongkrong. Sial! pas gue nyamoe sana jelas bgt ada si derry lagi duduk gitu dan sebelahnya si indra nah karnda derry ketutupin jadi gue ga begitu liat dia dan yang gue sapa malah si indra goblok bgt lah itu gue kaget dia juga kaget kyknya dan kyknya semenjak itu dia marah gara2 gue jutekin nya da kumaha deui urng teu apal!

next hari
hari jum'at tepat hair itu ayah wike meninggal dunia :( gue ke rumahnya dan ikut ke pemakaman ayahnya da pemakamannya itu di karang tineung nah otomatis itu ambulan dan mobil2 yg lainnya lewat warung si derry dan begitu mobil belok ke arah rumah yg dulunya rumah si ayu temen sd aku si eta ada lah naik motor mau ke arah teuing kamana
gue pun sms dia gini
"hey aku liat kamu .tina"

da gue pake no xl jadi pasti moal apaleun hahaha mun pake axis juga sama sih -_-
dan dia gga bale sms aku! maybe marah hahahaah dan jum'at kemarin pas gue lagi di angkot!
hari itu gue bener2 males buat tengok kanan kiri alhasil gue di angkot denger lagu dan madep depan eeh pas gue madep samping ada si indra kyknya sih yang di bonceng derrry hahaha konyol bgt jir yg terjadi selama 4 minggu ini
dan akhir2 ini gue sering mimpiin dia. kenapa ya?

video lucu


dan


"Simple Thing Called Love" by Anna Triana

Judul          : Simple Thing Called Love Penulis       : Anna Triana Penerbit      : Elex Media Komputindo ISBN          : 978 - 602 - 0...