Waktu menunjukan pukul 08.00. "Ah.. aku terlambat" teriakku memecah kesepian.
"Ada apa nak?" tanya ibuku dari luar kamar.
"Gak ada apa-apa ko mah" jawabku. Lalu aku segera bergegas untuk mandi dan bersiap-siap.
***
Tit.. tit.. tit..
Bunyi klakson di jalanan sangat ramai.
"Aduh kalau macet gini sih gue pasti telat banget" gumamku. Akhirnya
kemacetan hilang, akupun segera tancap gas menuju tempat tujuanku.
"Akhirnya sampai juga, pasti acaranya udah mulai dari tadi" ucapku dalam
hati. Ku parkir mobilku di parkiran dan segera turun.
"Cit.." teriak seseorang memanggilku, aku segera menoleh.
"Icha.. eh acaranya dimana? udah mulai?"
"Ada di Gedung Serba Guna, cepat kesana acaranya udah mulai dari tadi!"
"Oh gitu, tim yang udah main dari mana aja?"
"Dari SMA mutiara bunda, SMA merdeka, SMA kasih bunda"
"Poteka udah?" tanyaku
"Belum ko bentar lagi"
"Oke sip. Kamu mau kemana?"
"Aku mau ke depan dulu, ada yang harus dibeli nih. Yu ah dadah"
"Oke thank's ya"
Aku pun segera berjalan menuju gedung serba guna salah satu universitas di kota ini,
tempat acara pementasan teater diadakan. Ya.. aku terlambat untuk
menonton pertunjukan teater dari berbagai sekolah, khususnya para
murid-murid SMA. Aku celingukan melihat sekitar. Mencari orang yang aku
kenal.
"Hei.." tiba-tiba suara seseorang menyapaku.
"Abaaaang" kataku kaget
"Dari mana aja néng? Acaranya udah mulai dari jam 9 tau"
"Iya nih bang aku telat bangun hehe. Poteka kapan main?"
"Bentar lagi nih. Udah ini giliran Poteka. Kamu datang sendiri?"
"Hmm iya nih. Yang lain gak tau dimana bang haha"
"Hm dasar. Ya udah aku ke backstage dulu ya, mau siap-siap. Don't forget to watching"
"Haha oke deh siap komandaan" jawabku sambil menyimpan tangan di atas
kening tanda hormat. Lalu akupun menatapnya pergi sampai hilang di
kejauhan. Dia adalah Ghani, orang yang aku suka seja dulu. Dia lebih tua
dariku 5 tahun, dia merupakan
pelatih Poteka, tim teater dari SMA 119. Aku sangat menyukainya sejak
kita chatting bersama. Sejak saat itu kita jadi dekat dan lumayan akrab.
LUMAYAN.
Akupun menyebutnya dengan sebutan abang, sama seperti anak-anak didiknya yang lain.
"Acieeeee!!! Siapa tuh tadi?" teriak Bela.
"Ah sial ngagetin aja kamu hahaha" kataku.
"Habis asik banget ngelamunin dia. Ngobrol apa aja tadi?" tanya Bela
"Hm biasa aja ngobrol standar, gak ngobrol yang gimana-gimana"
"Pasti seneng banget hahaha"
"Gak ah biasa aja. Kamu kemana aja? Aku cariin dari tadi!"
"Ia maaf maaf aku tadi makan dulu sama anak-anak habis kamu aku tingguin laman banget"
"Iya sorry deh tadi aku telat bangun mana macet lagi di jalan" Bela pun hanya menganggukan kepalanya.
"Dan peserta selanjutnya POTEKA!!" teriak MC
"Bel POTEKA main. Ayo kita ke depan"
"Ayo.. ayo.."
***
"Bel, makan yu aku laper nih" ajakku.
"Ayo ayo aku juga laper banget nih mumpung lagi break magrib nih"
"Hm ya udah kita solat dulu aja udah gitu baru makan, biar lega"
"oke deh" Lalu kami berdua pun berangkat menuju mushola universitas
tersebut untuk melaksanakan solat magrib. Setelah itu baru kami mencari
makanan yang ada di pinggir universitas tersebut.
"Eh Bel tadi bang Ghani ganteng banget yah?" tanyaku memecah keheningan.
"Cieee jadi terpesona nih ceritanya?" goda Bela
"Ah apaan sih Bel? hahaha enggak lah" jawabku malu
"Ah masaa?" goda Bela sambil mengedipkan matanya so genit layaknya mpo hindun.
"Apa sih? udah makan tuh makannya. Aku udah mau abis nih!"
"Tunguiiiiiin!" Aku tak menghiraukan ucapan Bela sampai tiba-tiba ada seseorang yang menyapaku.
"Hei.." sapanya
"Eeh abang.." kataku setengah kaget
"Gimana tadi nonton POTEKA gak?"
"Nonton dong bang"
"Gimana tadi mainnya?"
"Hm bagus banget deh 2 jempol buat POTEKA keren banget" jawabku sambil mengacungkan kedua jempolku.
"Oh alhamdulillah, tapi tadi ada sedikit kesalahan"
"Iya sih tapi gak keliatan ko bang, tenang aja"
"Oh bagus deh. Oia kalian cuman berdua?"
"Gak ko, masih ada kak dani dan yang lainnya tapi gak tau pada kemana"
"Oh gitu haha ya udah aku kesana dulu ya?"
"Oh iya bang sip sip"
Lalu ia pun pergi untuk memesan makanan bersama dengan yang lainnya yang
sudah menunggu Ghani sejak tadi. Aku memerhatikan mereka semua sampai
tiba-tiba seorang cewek menghampiri mereka lalu kemudian duduk bersama
dengan Ghani dan kawan-kawan. Cewek itu adalah Yulia, orang yang Ghani
suka. Mereka terlihat sangat akrab dan seru. Apakah mereka sudah jadian?
Entahlah yang pasti aku galau, sedih, kesal, benci, sakit dan entah apa
lagi yang kurasakan sekarang. Semua begitu campur aduk dan tak
berbentuk. Aku hancur, aku terluka.
"Bel, aku mau pulang!" kataku tiba-tiba. Aku tak mendengar protesan dan
pertanyaan Bela. Kutinggalkan dia sendiri disana. Aku segera masuk mobil
dan pulang.
***
Keesokan paginya aku bangun dengan sangat limbung. Kepalaku pusing,
mataku sembab dan tubuhku lemas. Ya.. setelah kejadian itu aku pulang
dan menangis. Menangis yang benar-benar menangis. Aku pun bersiap untuk
mandi. Huh.. rasanya malas sekali untuk pergi kuliah hari ini. Aku pun
bersiap-siap dan segera tancap gas menuju kampus.
***
"Cintraaaaa!!" teriak Bela memanggilku. Aku berbalik.
"Ada apa?" tanyaku.
"Kemarin kamu kenapa sih? tiba-tiba kabur gitu aja?"
"Hm gak apa-apa aku cuma gak enak badan aja"
"Oh gitu, pantesan muka mu semerawut gitu. Tapi sekarang udah gak apa-apa?"
Aku hanya menggeleng lemah.
"Oh iya kemarin setelah kamu pulang aku liat Ghani loh. Dia jalan gitu
sama cewek. Anak mana gitu aku lupa. Terus keliatannya akrab banget"
"Oh itu Yulia anak Mutiara bunda"
"Kamu liat juga?"
Aku hanya mengangguk.
"Mereka jadian?"
Aku hanya menjawabnya dengan gelengan kepala. Perlahan nafasku mulai
sesak, air mata pun mulai menggenang di pelupuk mata dan siap untuk
turun. Ya Tuhan please jangan sekarang!!
"Sabar ya Cit, kalau jodoh gak akan kemana ko" ucap Bela tiba-tiba.
Mungkin ia melihat air mata yang menggenangi pelupuk mataku. Aku hanya
mengangguk.
"Kalau kamu sedih tangisin aja, gak apa-apa ko. Kalau itu bikin kamu lega kenapa enggak, iya gak?"
Air mataku pun turun dan aku mulai menangis sesegukan lagi.
"Jadi ini yang bikin mata kamu sembab? Ya udah keluarin aja."
***
Setelah agak baikan akupun segera pulang. Di perjalan pulang aku terus
memikirkan Ghani dan kata-kata yang Bela ucapkan tadi. 'Ah sudahlah aku
udah capek untuk memikirkan hal ini'
Akupun mulai memasukan mobilku ke dalam garasi dan berjalan masuk menuju rumah dan segera menjatuhkan diri di sofa.
"Eh non, tumben jam segini udah pulang?"
"Iya nih bi, oia pada kemananih bi? ko sepi"
"Tadi Bapak sama Ibu pulang terus pergi lagi. Katanya sih mau ketemu client. Kalau mas Bima ada di kamarnya non"
"Oh ya udah deh"
"Oia non tadi ada kiriman buat non"
"Kiriman apa bi?"
"Kiriman bunga. Tadi yang nganter bilangnya teman non, tadinya mau dia
kasih langsung sama non tapi karena non belum pulang jadi dia titipin
bunganya. Ada suratnya juga ko non"
"Teman aku? Siapa bi? Terus sekarang bunganya dimana?"
"Gak tau non, dia gak nyebutin namanya. Tadi bunganya bibi simpen di kamarnya non"
Aku segera berlari menuju kamar. Dan ketika aku membuka pintu kamar, aku
melihat 1 bucket bunga mawar dan sepucuk surat di sampingnya. Aku
membuka surat itu dan aku perlahan aku membacanya..
Aku tunggu kamu di bukit bintang malam ini jam 7.. Be On Time
Aku melirik jam, kulihat masih menunjukan angka 4, masih ada waktu untuk
pergi kesana. Tapi entahlah aku ragu-ragu. Aku takut ini hanyalah ulah
orang iseng semata. Aku menjatuhkan diri di kasur dan terlelap.
***
Waktu menunjukan pukul 19.00. Aku terbangun dan segera mandi dan
mengambil air wudhu untuk segera mendirikan solat isya. Setelah solat
aku menatap 1 bucket mawar merah itu dan membaca kembali surat itu.
Setengah hatiku menyuruhku untuk datang tapi setengah hatiku yang lain
menahanku untuk pergi. Tak terasa waktupun sudah menunjukan pukul 21.00.
Hatiku mulai gundah, aku merasa tidak tenang. Keinginanku untuk pergi
semakin memuncak. Akhirnya aku berlari menuju garasi dan mengambil
motorku dan segera berangkat menuju bukit bintang. Sesampainya disana
aku tak melihat siapapun, tak ada seorangpun yang berada disana. Aku
sedikit kecewa. Ketika aku hendak pergi untuk pulang, aku melihat
setitik cahaya yang ganjil dan aneh. Aku menghampirinya. Lalu ku melihat
tempat yang didekorasi begitu indah. Sangat indah dan cantik,
pohon-pohon di tempeli lilin-lilin kecil dan berbaris pula lilin-lilin
kecil di pinggir jalan setapak. Dan pada pijakan bumi terdapat lilin
yang membentuk simbol hati dan bertuliskan "I LOVE YOU" ditengahnya,
sangat indah dan cantik. Lalu di huruf O pada kata LOVE terdapat sepucuk
surat. Perlahan kubuka dan kubaca surat itu.
Burung burung bernyanyi, di bawah bilur langit
ditemani gugusan awan, di sambut tarian ombak
angin bergeriap, menyibak lembut pasir pantai
merajut datangnya senja ditingkah semilir angin
malam datang perlahan, diiringi sunyi malam
dihiasi gugusan bintang, menorehkan kerinduan
yang hangat terbakar cinta
angin perlahan tiba, membawa kabar bahagia
membisikan alunan cinta, mendatangkan hasrat ingin bertemu
angin malam,
tolong sampaikan janjiku padanya
janji suci penuh harap
janji putuh seputuh kapas
bahwa aku akan menjaganya
menjaga bidadariku yang kucinta
jadilah bagian dalam hidupku
karna kau adalah nafasku
- I Love You -
Aku terpaku setelah membaca surat itu. Sungguh puisi yang benar-benar indah bagiku. Tapi siapa yang telah menyiapkan semua ini?
"Telat 3 jam dari yang dijanjikan!" tiba-tiba terdengar suara seseorang. Aku terdiam, sepertinya itu suara...
"Abang?" aku terkejut begitu tau siapa pemilik suara tersebut.
"Ya" dia tersenyum
Aku masih terpana dan terpaku. Apakah ini kenyataan atau hanya mimpi. Benarkah ini semua telah disiapkan olehnya untukku?
"Jadi ini semua yang nyiapin abang?" tanyaku heran.
"Iya ini semua yang nyiapin aku" jawabnya sambil tersenyum.
"Untuk aku?" dia tersenyum lagi kemudian mengangguk. Aku masih terdiam, tak tau harus berbuat apa dan tak tau harus berkata apa.
Semua ini seperti mimpi bagiku.
"Ko diam? Kamu gak suka sama kejutan ini?" tanya Ghani
"Ini beneran buat aku bang? Abang gak salah kan?"
"Emang kamu kira buat siapa? Jelas-jelas semua ini buat kamu."
"Tapi bukannya abang sukanya sama Yulia?
"Hahaha sudah aku duga ternyata kamu emang mikir gitu" ucapnya lalu menarik nafas
"Aku emang suka sama Yulia, tapi itu cuma sebatas ngeceng aja. Gak
lebih. Lagian dia orangnya gak asik, terlalu agresif dan manja" jelasnya
kemudian.
Aku masih terpana mendengar ucapannya barusan.
"Malah bengong!! Ikut aku yu" katanya, lalu kemudian menarik tanganku dan membawaku ke sebelah utara.
"Tutup mata kamu, jangan buka mata sampai hitungan ke 3 ya?" perintahnya. Akupun menurut.
"Satu.. Dua.. Tiga. Buka mata kamu"
Perlahan aku membuka mata, lalu kumelihat ledakan kembang api di
angkasa, sungguh indah dan cantik. Dan perlahan Ghani menghadapkan
tubuhnya padaku dan mengangkat kedua tanganku lalu berkata.
"Kamu suka?" tanyanya.
Aku hanya mengangguk. Cit, jujur sejak awal kita ketemu aku udah suka
sama kamu. Aku sayang sama kamu, aku gak mau jauh dari kamu. Aku sadar
kalau aku salah, aku salah gak bilang dari dulu tapi jujur aku gak
berani Cit. Aku emang pengecut dan baru bisa nyatain perasaan aku
sekarang"
"Tapi kenapa abang suka sama aku? Bukannya abang suka sama Yulia?"
"Kan tadi aku udah jelasin Cit, aku tuh gak suka sama dia. Gak ada
perasaan lebih selain ngeceng. Itu cuma iseng aja. Aku sukanya sama kamu
Cit. Kamu tuh cewek yang beda dari cewek-cewek lain yang so so cari
perhatian kalau ada aku. Kamu gak kayak Vika yang suka meluk-meluk aku
depan umum dan gak kayak Yulia yang agresif dan manja. Pokoknya kamu
beda dari cewek lain. Dan aku suka dan sayangnya sama kamu lebih dari
apapun"
"Cit, aku bakal ngelakuin apa aja buat kamu termasuk jaga jarak sama
Yulia kalau perlu" lanjutnya kemudian seraya mengambil kedua tanganku.
"Hm abang lebay.. Gak segitunya juga kali" ucapku sambil tersenyum.
"Jadi gimana?"
"Gimana apanya bang?" jawabku. Benarkan dari tadi dia Cuma ngasih pernyataan aja, tapi gak nanya apa-apa.
"Oia ya dari tadi aku gak nanya apa-apa.. Hm gini deh. Cit, aku
benar-benar sayang sama kamu dan aku akan menjaga kamu selalu. Boleh gak
aku jadi cowok terakhir kamu?" tanyanya. Perlahan aku mulai menunduk
dan mengangguk perlahan.
"Kamu ngizin aku jadi cowok terakhir kamu?"
Aku kembali mengangguk.
"Beneran?"
Aku mengangguk lagi.
"Serius??"
Untuk kesekian kalinya aku mengangguk.
"Yipiiiiiiiieeeeee!!!!!" lalu dia melompat kegirangan dan menarikku ke dalam pelukannya.
"Makasih banyak Cit" ucapnya perlahan. Perlahan dia urai pelukannya dan mulai merogoh saku celananya.
"Ini ada satu lagi" katanya.
Dia mengeluarkan sebuah kotak kecil dan membukanya. Ternyata isinya
sepasang cincin. Lalu dia mengangkat tangan kiriku dan memasangkan
cincin itu pada jari manisku.
"Ini tanda cinta aku buat kamu." Lalu dia mencium puncak kepalaku.
"Haaatccciiiiihhhh!"
"Kamu kenapa Cit? Gak enak badan? Aduh aku yang salah ini, bawa kamu ke
tempat gini. Malem-malem lagi.. Euh kamu sih datangnya telat. Kamu gak
bawa jaket ya? Aduh kenap gak bawa? Kebiasaan kamu ini emang gak pernah
ilang" omel Ghani dengan cerewet. Aku hanya bengong melihatnya mengoceh
seperti itu dan aku baru tau kalau ternyata Ghani tau kebiasaan burukku
yang tak pernah membawa jaket jika keluar malam.
"Cit, ko diam sih? hmm" lalu dia melepaskan jaketnya dan memakaikannya
padaku, lalu dia melepas salah satu sarung tangan kanannya dan
memakaikannya di tangan kananku.
"Sini tangan kiri kamu" ucapnya.
Lalu dia menggenggam tangan kiriku dan memasukannya kedalam lipatan tangannya. Suara kembang api pun mulai terdengar kembali.
"Nah kembang apinya udah ada lagi yu kita liat"
Aku dan Ghani pun melihat kembang api sambil berdampingan, dan hari ini
aku dan Ghani mengubah status dari seorang pelatih dan murid menjadi
sepasang kekasih.
"Love you Cit" ucap Ghani
"Me too bang" jawabku
TAMAT