JNGGA

Minggu, 29 Juni 2014

My 20th Birthday

Adalah malam yang selalu kulalui sepanjang usia ini, kadang malam hanya malam. Sepi. Sendiri tanpa cahaya bulang. Kadang malam datang dengan cahaya bulan yang elok dan indah.
20 tahun yang lalu, ketika matahari mulai lelah, aku lahir kedunia dengan sejuta doa dan harapan. Entah berapa banyak harapan yang tercurah entah berapa banyak kasih sayang yang kudapat dari mereka.
Bu, Yah.
Kini malaikatmu telah beranjak dewasa. Telah bisa memilih mana yang baik dan yang tidak. Telah dapat menjaga dirinya dari malam yang pekat juga hujan yang turun.
jangan khawatirkan aku lagi Bu, Yah. Terlebih untuk engkau wahai sang ayah aku telah tumbuh menjadi seorang wanita yang banyak disayangi orang lain. Aku telah tumbuh menjadi gadis dewasa yang masih mencari apa arti cinta. Tenang lah kau di surga yah. Jangan khawatirkan aku. Aku akan baik baik saja.
Dan ketika malam ini tiba semua terasa spesial untuk ku juga untuk mereka. Aku yakin aku dapat melawan dunia diusiaku yang beranjak dewasa ini. Tak ada yang berubah dariku di usia ini
Aku masih sama seperti yang dulu
mencintai senja
Memuja hujan
Dan mengagumi pelangi
Terima kasih untuk cinta yang selalu tercurah. Terima kasih untuk pengorbanan seorang ayah dan ibu
Terima kasih untuk kasih sayang yangctak pernah berakhir
Doakan aku selalu sehat
doakan aku selalu sukses di kemudian hari
Terima kasih untuk semua. Keluarga, sahabat, teman juga cinta.
Aku mencintai kalian semua
Terima kasih

Bandung, 29 juni 2014

Senin, 23 Juni 2014

Cerita di Waktu Senja

Aku berlari ditengah koridor yang legang, sambil sesekali mengeluarkan seutas senyuman yang mengembang di bibir. Di belakangku berlari pula seorang pria dengan ekspresi yang tak jauh beda denganku. Kami berlari, saling mengejar, juga sambil tertawa. Untunglah keadaan fakultas sudah mulai sepi pada jam-jam ini sehingga aku dapat berlari dengan leluasa tanpa khawatir ada orang lain yang kutabrak. Pria yang kini mengejarku adalah kekasihku, kami resmi menjalin hubungan sekitar 3 bulan yang lalu. Aku mencintainya begitupun sebaliknyaa. Hidupku sangat berwarna setelah aku bertemu dengannya.
Akhirnya aku tiba di sebuah balkon di lantai atas fakultas kami, aku berhenti berlari dan memandang langit barat. Ah sinar matahari sore memang paling membuatku tenang. Warna jingga pun sangat lekat memenuhi ufuk barat. Tak lama ia pun ikut berdiri disampingku, memandang langit barat sama sepertiku. Aku menoleh ke arahnya, menatapnya dengan seksama, bahagia juga bersyukur. Pria dengan tinggi semampai, berambut pendek namun rambutnya mulai panjang melebihi daun telinga, dengan kacamata menghiasi matanya adalah orang yang kusayangi. Dia terlihat tampan dengan menggunakan kaus putih dan berbalut jaket jeans belel yang sering ia pakai. Dia balik menatapku.
"Aku suka senja," ucapku seraya menatap langit barat.
"Aku tau, dan kamu merasa tenang jika angin sore menyentuh kulitmu." Ucapnya masih menatapku.
"Aku mencintaimu." Lanjutnya.
"Aku tau," jawabku "aku juga mencintaimu…"
"Tapi kau terlalu menyebalkan untuk kucintai." Ucapku kemudian sambil berlari lqgi meninggalkannya. Dia tampak kaget lalu detik berikutnya dia ikut berlari mengejarku. Aku berlari dengan riang. Aku berlari menyusuri koridor kemudia berbelok turun ke arah tangga. Satu per satu anak tangga kuturuni hingga sampailah pada anak tangga terakhir. Bersama dengan itu langkahku terhenti karna tanganku diraih olehnya. Aku menyandarkan tubuhku pada tembok yang berhadapan dengan tangga yang kuturuni tadi. Dia merentangkan tangan kanannya disebelah kiriku, membiarkan aku dalam kurungannya. Aku tak bisa minghindar darinya karna disebelah kananku terdapat pintu kaca yang menghubungkan antra koridor dan balkon gedung fakuktasku yang sudah di kunci oleh petugas, didepanku menjulang tubuh tingginya yang sekarang memghadapku. Aku menyandarkan tubuhku lebih erat lagi pada tembok. Dia nampak marah sekarang, matanya berkilat menatap mataku tajam. Aku mengigit bibir. Dia mendekatkan kepalanya hingga sejajar dengan kepalaku.
"Kamu nakal juga ya?" Ucapnya tandas. Kilatan matanya semakin terlihat jelas dan nampak seperti mata elang.
"Tapi walaupun begitu sayangnya aku tetap mencintaimu," suaranya melembut kemudian tersenyum. Dengan sekejap kilatan dimatanya pun sirna entah kemana dan tergantikan oleh tatapan yang menatapku penuh rasa sayang. Aku tersenyum. Kemudian dia mulai menatapku serius. Kepalanya mendekat ke arahku. Aku hanya bisa mematung. Mataku menatapnya tepat di manik mata. Wajah kami perlahan mendekat dan sekarang hanya berjarak 10 cm, dia masih mencoba membunuh jarak yang ada pada wajah kami. Koridor itu sudah mulai gelap, lampu-lampu koridor sudah dimatikan sebagian. Cahaya matahari senja masuk melalui pintu kaca balkon. Aku dapat melihat wajah seriusnya dengan jelas. Perlahan aroma tubuhnya menyeruak masuk melalui hidungku. Tercium aroma maskulin khas pria yang tak asing dihidungku. Parfum khas cowok yang selalu dia gunakan setiap saat. Wajah kami semakin mendekat, perlahan dia menempelkan bibirnya pada bibirku, mengecupnya dengan lembut. Sangat sangat lembut hingga aku dapat merasakan tekstur bibirnya yang menempel pada bibirku. Bibir kami saling bertautan di tengah indahnya langit sore. Ciuman yang hangat. Kami saling merasakan bibir kami satu sama lain. Perlahan aku mulai perpegangan pada jaket jeans belelnya, hanya suara nafasnya yang kudengar dan sentuhan lembut jarinya dileherku yang sesekali mengusap pipiku. Hangat dan nyaman. Perlahan dia melepaskan bibirnya dari bibirku kemudian tersenyum setelah melihat mataku.
"Aku mencintaimu," kemudian dia mengecup keningku sambil memangdangku penuh rasa sayang.
"Pulang yu udah sore," ucapnya lagi. Lalu kemudian mengenggam tanganku erat. Kami berjalan menyusuri koridor dengan hati yang tenang. Dengan perasaan bahagia di hati kami masing-masing. 'Senja yang indah' pikirku. Kami berjalan dengan ringan dan dengan perasaan yang sulit dilukiskan.
Cerita senja memang menarik untuk diarungi, cahayanya yang tak terlalu terik membuat siapapun kagum. Dan senja di sore ini menjadi senja paling indah yang hidup dalam ingatanku. Entah kapan dan bagaimana akhir dari cerita kami. Akankah berakhir bahagia atau mungkin tidak. Tak ada yang tau tentang hal ini.
"Aku juga mencintaimu," ucapku yakin.

-tamat-

all about situation

Terlalu berkecamuk
Terlalu sesak dan terlalu menyakitkan
Aku terlalu bodoh untuk kau bohongi
Aku terlalu naif untuk percaya pada kata katamu
Dan aku terlalu bocah untuk percaya pada semua yang kau ucapkan.
Aku malu pada bulan yang menemaniku setiap malam, mengetahui apa yang aku lakukan
kadang dia ikut tersenyum melihat tingkahku
kadang dia terdiam seperti tau akan sesuatu. Aku tak menyalahkanmu atas semua yang kau lakukan, salahku juga mengapa aku terlalu naif padamu.
Aku terlalu egois untuk menghiraukanmu
Terlalu egois untuk melepaskanmu pada kekasihmu, terlalu egois untuk menyia nyiakanmu saat kau hadir
Tapi bukankah kau sudah tau akan perasaanku?
Lantas mengapa kau sengaja datang padaku dan menggodaku? Bukankah itu tak baik?
Seberapa kuat aku melupakanmu nyatanya aku selalu luluh olehmu
Bahkan aku selalu lupa dengan perasaan yang kuberikan terhadap orang lain. Kadang aku berfikir mungkinkah kau mempunyai perasaan yang sama senganku?
Tapi itu mustahil, kau sudah bersama dengan yang lai tak mungkin kau ingin bersamaku. Lantas mengapa kau begitu?
Jujur aku terlalu takug untuk kehilanganmu. Rasa sukaku terhadapmu yang perlahan gugur kini mulai tumbuh seiring kau yang selalu hadir dalam mimpiku, dalam bayanganku dan dalam imaji imajiku.
Aku terlalu lemah untuk menolak, terlalu takut untuk kehilangan dan terlalu bodoh untuk kau bohongi
Aku mencintaimu. Iya sudah kukatakan sejak dulu, kau juga tau akan hal itu.
Lantas sekarang bagaimana? Haruskah kuikuti ego ku? Atau harus kuikuti perasaanku?
Aku tak tahu. Terlalu rumit untuk kujalani

"Simple Thing Called Love" by Anna Triana

Judul          : Simple Thing Called Love Penulis       : Anna Triana Penerbit      : Elex Media Komputindo ISBN          : 978 - 602 - 0...