Judul : Jingga untuk Matahari
Penulis : Esti Kinasih
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 978 – 602 – 03 – 3723 – 4
448 hlm
Rate 4,5/5
Sinopsis:
Ari dan Tari menjalani hari-hari
penuh pelangi. Tari bahagia karena ternyata Ari cowok lembut dan penuh
perhatian. Sedangkan Ari gembira luar biasa ketika mendengar Ata dan Mama
akhirnya kembali ke Jakarta.
Namun, tanpa Ari ketahui, selama
ini Ata menyimpan kepedihan yang membuatnya bertekad melampiaskannya kepada Ari
dan Papa. Saat itulah Ari menyadari ada “kisah” yang dia tidak tahu di antara
papa dan mamanya.
Sementara itu, Tari mulai bingung
menata hati. Karena pada saat rasa sayangnya untuk Ari semakin tumbuh, Angga
muncul lagi dan “nembak” langsung. Sebenarnya, apa yang menjadi alasan Angga
begitu dendam pada Ari dan bertekad merebut seseorang yang paling berharga
darinya?
“Kalo lo ngincer cewek yang udah punya cowok, rebut dia di depan
cowoknya. Jangan di belakang,” kalimat Ata it uterus terngiang di benak Angga.
Series ketiga dari novel Jingga
dan Senja ini menyuguhkan alur cerita yang rapi juga konflik yang kompleks. Dimulai
dari kedatangan Ata dan Mama kembali ke Jakarta, Ari merasa sangat senang
karena harapan yang dia impikan -yaitu mempersatukan keluarganya hampir
terwujud. Ari mulai menata hidupnya kembali yang terasa mendekati sempurna,
terlebih saat Ata bersekolah di tempat yang sama dengan Ari. Kedatangan Ata di
SMA Airlangga jelas membuat seluruh siswa hingar bingar juga ricuh karena
bertambahnya makhluk tampan di sana. Saat itu, hari-hari terasa sempurna dengan
didampingi saudara kembarnya, sahabat –Ridho dan Oji, juga Tari sebagai
pacarnya. Namun kebahagiaan itu tidak bertahan lama, harapan mempersatukan
kembali keluarganya harus kandas saat Ata dengan gamblang menyebutkan jika Papa
mereka telah menikah lagi, ditambah kenyataan bahwa Ari pasti mengetahui hal
itu mengingat Ari lah yang menjadi pengiring pengantin pernikahan ke dua
Papanya. Hal itu jelas membuat Ari terkejut, pasalnya, Ari sama sekali tidak
mengetahui jika Papanya telah menikah beberapa tahun yang lalu, juga kenyataan
jika di pesta itu Mama dan Ata sempat diusir yang berujung kepada kedatangan
pengantin yang berbahagia keesokan harinya, Ata tidak bisa melupakan jika saat
itu Mama mereka dipukul oleh sang ayah. Hal itu membuat Ari terpukul, terlebih
tidak mempercayai akan fakta yang baru saja didengarnya. Ari sedih, Ari rapuh,
hampir patah bahkan hancur. Berkali-kali dia meyakinkan Ata jika dia sama
sekali tidak mengetahui pernikahan ke dua Papa, namun Ata tetap tidak percaya.
Hal itu memicu pertengkaran
tertutup, Ari dengan segala kehancurannya dan Ata dengan segala dendamnya
terhadap kembar identiknya. Banyak hal yang terjadi di tengah kekacauan Ari,
terlebih saat Ata memutuskan untuk bergabung dengan Angga untuk menghancurkan
Ari secara perlahan, sampai Ari benar-benar habis, sampai ari benar-benar
hancur.
Buku ketiga dari series Jingga
ini memberikan sentuhan yang berbeda dalam setiap cerita juga konflik yang
dibangun. Adalah ciri khas Esti dalam membangun alur dalam sebuah karya fiksi,
novel ini menghadirkan alur yang berbeda, lebih rapi dan terstruktur. Karakter
tokoh yang dihadirkan begitu kuat dan mampu mengaduk emosi para pembaca, di
tambah lagi plot dan humor-humor yang disisipkan yang telah menjadi ciri khas
dari sang penulis. Di buku ini, karakter Ari dibuat lebih pasif dibanding
dengan Ata, hal ini selaras dengan cuplikan atau gambaran Ata saat diceritakan
di buku pertamanya. Dalam cerita ini cerita kesedihan alebih banyak disangdang
Ari dari pada Tari atau Ata, menjadikan Ari sebagai pihak protagonist setelah
sebelumnya menyandang pihan antagonis dengan segala kekuasaannya. Dan perpindahan
karakter tersebut benar-benar disajikan secara rapi juga kuat.
Berbeda dengan kedua buku
sebelumnya, dalam buku Jingga Untuk Matahari lebih menceritakan tentang masa
lalu kelam Ari, konflik yang di hadirkan lebih banyak membahas konflik keluarga
dari pada konfliknya dengan Angga atau Tari. Misteri yang pada mula nya
tertutup rapat, perlahan mulai terkuak. Jika di buku pertama –Jingga dan Senja
menceritakan tentang kekuasaan Ari dan track
record Ari sebagai siswa yang paling bermasalah, juga pertengkaran antara
Ari dan Tari yang selalu menjadi huru hara di sekolah. Di buku keduanya –Jingga
dalam Elegi menceritakan tentang rahasia Ari yang tidak diketahui oleh semua
orang yaitu Ari mempunya kembar identik, di buku yang kedua ini menceritakan
tentang perjalanan Ari yang menyamar sebagai saudara kembarnya untuk mendekati
Tari. Untuk buku ketiga, pembaca diajak untuk menyusuri masa lalu kelam Ari
dengan Ata sebagai sudut pandang fokusnya. Hal ini yang menjadi pembeda antara
buku pertama dan buku kedua, dimana fokus pada novel ini mengacu pada konflik
keluarga yang tidak bisa ketahui semua orang.
Dalam buku ini, saya hampir tidak
menemukan kekurangan –selain kesalahan dalam menulis, Esti Kinasih hampir
benar-benar menghadirkan kesempurnaan dalam kelahiran novel ini. Jalan cerita
yang disuguhkan pun hampir tidak terduga dan tidak tertebak, dan buku ini
sangat cocok dibaca untuk orang yang senang memahami makna dalam setiap kata,
karena Esti menghadirkan perandaian-perandaian untuk menjelaskan satu masalah
tertentu. Cara nya dalam menyisipkan makna dalam sebuah hal sederhana patut
diacungi dua jempol. Namun, tidak sampai disitu cerita Ari, Ata dan Tari.
Cerita mereka akan dilanjutkan pada buku keempat Jingga Series, yaitu Jingga
untuk Sandyakala. So, sampai ketemu lagi dengan kisah mereka di buku keempatnya
ya J