Judul : Ananta Prahadi
Penulis : Risa Saraswati
Penerbit : Rak Buku
ISBN : -
280 hlmn
Rate 4/ 5
Sinopsis:
Aku Tania, perempuan biasa… tapi
mereka bilang aku ini Alien. Aku perempuan yang suka tertawa tapi mereka bilang
aku Monster. Aku perempuan bahagia, namun memang seringnya kebahagiaanku
membuat mereka semua menderita. Aku hanya ingin menjadi diriku sendiri, sesulit
itukah mewujudkan keinginanku ini?
Nama saya Ananta Prahadi, panggil
saja Anta. Hobi bersih-bersih rumah, makan lontong kari dan sangat menjunjung
tinggi pelestarian makhluk langka. Jangan heran, kalau saya sangat suka berada
di sisi makhluk langka. Makhluk langka yang saya jaga sekarang merupakan spesies
terakhir perempuan unik yang ada di dunia ini.
Saya Pierre, hmm… saya harus bilang
apa?
Novel romance fiksi pertama karangan Risa Saraswati ini menceritakan
tentang kehidupan Tania sebagai wanita yang berbeda dengan kebanyakan orang.
Mempunyai pemikiran yang begitu idealis membuatnya sulit mendapatkan teman
karena orang-orang disektarnya menganggap dirinya aneh. Tania tidak ingin
belajar pelajaran lain selain melukis, dia teramat suka melukis. Karenanya dia
menganggap jika melukis adalah kehidupanya.
Suatu hari, datanglah Ananta Prahadi
atau Anta, siswa baru pindahan dari Subang yang kemudian berteman baik dengan
Tania. Beberapa kali Anta mendapat perlakuan kasar dari Tania, namun dia tetap
gigih mendekati Tania untuk bisa berteman dengan cewek itu. Diceritakan
beberapa tahun kemudian saat Tania dan Anta telah lulus SMA, mereka masih tetap
berteman baik. Tania sudah menjadi pelukis terkenal dengan Anta sebagi
asistennya. Tania pun menjual lukisannya namun tidak kepada sembarang orang.
Jika dia mau, dia bisa menjualnya, namun jika tidak, dia dengan keras menolak
menjual hasil karyanya.
Singkat cerita, Anta mengenalkan
Tania kepada Pierre, sesosok bule calon pembeli lukisannya. Namun butir-butir
cinta mulai tumbuh diantara keduanya. Disaat Tania tengah menikmati romansa
percintaan dengan Pierre, satu kenyataan terungkap, kenyataan yang membuat
Tania membenci Anta, kenyataan yang mempertaruhkan persahabatan mereka yang
begitu erat.
Cerita ini memiliki tema yang
sangat biasa dan ringan, yaitu tema percintaan dan persahabatan atau lebih
simpelnya saya katakana, sahabat jadi cinta. Namun sejujurnya, untuk bisa
sampai pada pemahaman tema sahabat jadi cinta, pembaca harus menerka-nerka
tentang perasaan Anta yang sebenarnya terhadap Tania. Pada awalnya, saya
mengira jika tema dari novel ini adalah percintaan, namun dibalik itu semua,
penulis menghadirkan sebuah pesahabatan yang berakhir dengan prcintaan. Tema
itu hanya bisa dilihat ketika kita sampai pada bagian akhir cerita karena
keepikan penulis menutupi perasaan cinta dengan persahabatan yang terjadi pada
Tania dan Anta. Saya sempat mengira, jika dalam novel ini, Anta tidak mempunyai
perasaan apa-apa terhadap Tania dan hubungan mereka hanya sebatas persahabatan,
namun perasaan Anta kepada Tania dijelaskan pada akhir cerita dan membuat saya
menarik kesimpulan bahwa tema ‘sahabat jadi cinta’lah yang lebih tepat untuk
menggambarkan isi novel ini.
Alur yang terdapat dalam novel
ini adalah alur maju. Sangat biasa untuk sebuah alur, namun novel ini memiliki
plot yang menarik. Penulis dengan lihai bisa membungkus sesuatu yang sangat
biasa dan banyak dipakai penulis lain, menjadi menarik. Jalan cerita yang tidak
mudah ditebak menjadi keunggulan bagi novel ini. Pembaca dibuatnya
menerka-nerka alasan apa yang ada dalam setiap tindakan tokoh-tokohnya. Sebagai
contoh, dalam novel ini, diceritakan saat Anta menjodohkan Pierre dengan Tania
namun dia sendiri tidak terlihat senang saat Pierre melamar Tania di depan
keluarganya termasuk Anta. Atau saat Tania dan Anta berada di negara
Transylvania dan Anta dengan gamblang meminta Tania untuk menjauhinya dan
membiakan Anta berbahagia dengan Sukma, seseorang yang diatakan Anta sebagai
tunangannya, atau saat Anta harus berbohong dengan mengatakan pada Tania kalau
Sukma adalah tunangan Anta dan mereka akan segera menikah, dan masih banyak
lagi konflik-konflk yang menyimpan alasan dan misteri dalam sebuah perkara. Dan
penulis mampu membungkus itu semua dengan rapi dan epik. Terasa sempurna untuk
sebuah konflik dan jalan cerita yang –sebenarnya- ringan.
Selain tema dan alur, yang akan
saya bahas adalah penokohan atau karakter setiap tokoh harus saya akui, jika
novel ini mempunyai penokohan yang begitu menggemaskan dan luar biasa berbeda.
Mungkin salah satu daya tarik novel teletak pada karakter setiap tokoh. Penulis
berani mengambil karakter yang berbeda dari kebanyakan tokoh-tokoh fiksi yang
pernah saya baca. Menggambarkan jika Tania memiliki sifat aneh, sangat idealis,
judes, introvert, suka makan nasi basi yang dijemur dan dikeringkan setiap
hari, berbakat namun cantik membuat saya merasa jika novel ini berbeda dengan
novel lain. Penggambaran karakter yang melekat begitu kuat dalam setiap
tokohnya. Tania dengan segala sifat aneh dan keras kepalanya, Anta dengan
karakter orang Sunda nya yang begitu kuat serta Pierre dengan kekalemannya yang
digambarkan begitu baik. Semua karakter dalam setiap tokoh digambarkan dengan
detail dan rapi, menarik juga ‘nagih’ untuk dibaca kelanjutannya.
Namun, satu yang menjadi
kekurangan dalam novel ini adalah terletak pada diksi. Diksi dan bahasa yang
dipakai terlalu sederhana. Penulis tidak membubukan banyak majas-majas yang
mungkin bisa membuat novel ini terlihat menarik dan sempurna. Penulis hanya
memakai bahasa sederhana dalam setiap deskripsi yang digambarkan. Harus saya
akui jika bahasa dalam novel ini sedikit membosankan. Dan juga, pemenggalan
ceita dan bahasa yang ada pada bab-bab awal terasa kurang pas. Namun hal ini
bukan masalah besar, novel ini terlihat menarik dengan segala kelebihan yang
ada. Kekurangan dalam novel ini tertutup dengan sempurna oleh kelebihan-kelebihan
yang dimiliki novel ini.
Sejujurnya, pertama kali saya
baca kisah Tania, Anta dan Pierre bukan pada novel ini, melainkan pada blog
penulis yang sempat membagikan seperempat kisah Tania dan Anta. Saya sebagai
pembaca blog teh Risa Saraswati merasa tertarik untuk membaca kelanjutan kisah
Tania dan Anta yang pada akhirnya setelah novel ini rilis, saya pun menuntaskan
rasa penasaran saya dengan membaca kisah Anta-Tania sampai selesai. Saya harus
terlibat dalam emosi yang menyedihkan saat membaca bab demi bab yang dihadirkan
penulis. Saya sempat menangis saat cerita ini memasuki bagian terakhir. Hal itu
menunjukan jika pada kenyataannya, novel ini mampu bersaing dengan novel-novel
roman lainnya. Novel ini memang tidak sempurna, tapi cukup baik untuk dibaca
diwaktu senggang.
Terakhir, satu hal yang bisa saya
ambil dari novel ini adalah, jangan melihat segala sesuatu hal hanya dari
luarnya saja, karena terkadang, apa yang kita lihat belum tentu itu sebuah
kebenarannya. Ada baiknya kita tidak hanya melihat sesuatu hal dari satu sisi
saja, tapi lihat dari sisi yang lain juga. Hal lainnya yang bisa saya ambil
dari novel ini adalah, perkataan penulis
yang menyebutkan, jika, tidak perlu menjadi sarjana sastra untuk menulis, cukup
dengan tekad dan kemauan untuk belajar, semuanya akan berjalan dengan baik.
Akhir kata, terima kasih telah
melungkan waktunya untuk membaca review saya tentang novel Ananta Prahadi karya
Risa Saraswati. Semoga review saya ini tidak membuat para pembaca puas ya, biar
pembaca sekalian penasaran, membaca novelnya dan membuat review dengan pemikiran
kalian sendiri. Terima kasih dan selamat beraktivias J
Salam,
Tina Wiarsih