Judul : 5 cm.
Penulis : Donny Dhirgantoro
Penerbit : Grasindo
381 hlm
Rate 3,5/5
Sinopsis:
Menceritakan tentang persahabatan 5 anak manusia yang bernama Genta,
Riani, Zafran, Ian dan Arial, persahabatan mereka begitu solid dan jujur. Tidak
ada kata permusuhan yang terjadi di antara mereka. Setiap hari, kelimanya
selalu bersama. Menjelajahi seisi kota dengan riang juga canda. Salah satunya
adalah berkumpul di rumah Arial setiap hari. Segala macam obrolan telah mereka
utarakan, mulai dari film favorit, band dan penyanyi sampai kuotes-kuotes dari
tokoh termana telah mereka bicarakan. Tentu saja bukan tanpa perbedaan.
Perbedaan pendapat selalu terjadi di antara mereka, namun mereka tidak memusuhi
perbedaan itu, mereka mencoba menghargai juga menerima pendapat satu sama lain.
Adalah Genta sang leader, yang selalu
mempunyai ide-ide cemerlang, juga solusi untuk semua masalah yang dihadapi.
Pada suatu malam, saat mereka berlima tengah berkumpul di rumah Arial,
mereka semua berbicara tentang segala hal sambil ditemani semangkuk indomie.
Pada satu perdebatan, mereka berlima merasa tidak memiliki kemajuan atau berada
di titik kejenuhan karena sering bersama. Mereka merasa tidak berkembang
sebagai seorang manusia. Maka, Genta mengutarakan untuk berpisah sementara
selama tiga bulan untuk meraih impian masing-masing. Hal itu disambut dengan
antusias oleh yang lain walaupun Riani sempat menolak. Dan akhirnya keputusan
dijatuhkan, yaitu mereka berpisah selama tiga bulan dan kembali bertemu tepat
tanggal 14 Agustus di salah satu stasiun kereta api untuk memulai petualangan
baru.
Novel ini harus saya acungi jempol untuk ide cerita dan gagasan-gagasan
yang dimiliki oleh pengarang. Dengan mengangkat tema persahabatan, novel ini
sukses menyadarkan saya betapa berharganya seorang sahabat dan keikhlasan hati
untuk saling menerima. Dalam cerita ini, masih seperti novel kebanyakan yang
dibumbui oleh roman-roman percintaan. Hanya saja, roman percintaan yang di
bahas tidak terlalu banyak. Di novel ini, hal yang banyak dibahas justru adalah
kedekatan persahabatan juga cara-cara untuk meraih mimpi. Harus saya akui,
novel ini mempunyai daya magis untuk menghipnotis para pembacanya agar
bersemangat dalam meraih mimpi mereka masing-masing. Adalah tidak baik ketika
seorang manusia mengataka “saya tidak bisa” karena perkataan itu akan
menghambat seseorang untuk menjadi bisa. Maka, yang harus dilakukan adalah
yakin dan percaya terhadap apa yang kita inginkan, menggantungkan sebuah
harapan di depan kening, lima centimeter di depan kening kamu agar mampu kamu
lihat dan menjadi sebuah motivasi untuk agar berusaha meraihnya.
Selain tema, setting yang dipakai dalam novel ini juga cukup menarik.
Menceritakan tentang gunung Semeru yang merupakan gunung tertinggi di pulau
Jawa. Pengarang mampu menggambarkan setting dengan begitu epik dan detail.
Tentang keindahan gunung Semeru juga cerita mistis yang terkandung di dalamnya.
Bukan hanya itu, pengarang juga mampu menggambarkan hal-hal kecil yang ada di
sana, mungkin karena novel ini merupakan pengalaman pribadinya saat mendaki
Semeru, jadi hal-hal yang digambarkan dalam cerita ini terkesan begitu hidup.
Mulai dari keadaan dan suasana pada malam hari ketika pendaki berkemah atau
pergi naik malam hari, juga ketika digambarkannya perjalanan menuju Ranu
Kumbolo yang begitu rumit. Semua terasa hidup dan nyata.
Dilihat dari segi bahasa, novel ini memiliki bahasa yang sederhana namun
mudah dimengerti. Jarang sekali saya menemukan diksi yang bermetafora dari
tulisan kak Donny pada novel ini, namun hal ini diperindah dengan dihadirkannya
kuotes-kuotes yang bermanfaat juga lirik-lirik lagu yang bagus dari awal cerita
sampai akhir cerita. Sejujurnya, di novel ini terlalu banyak
percakapan-percakapan yang seharusnya membuat bosan, percakapan yang membuat
suasana tidak hidup, namun hal tersebut bisa diatasi dengan baik oleh si
pengarang yang hasilnya percakapan-percakapan tersebut terasa tidak
membosankan. Banyak kalimat-kalimat yang memotivasi saya untuk percaya kepada
mimpi, untuk lebih berusaha dalam mengejar impian. Dan beberapa kali saya harus
menitikan air mata ketika sampai pada cerita-cerita tertentu.
Percakapan tidak pernah lepas dari penokohan atau karakter yang dibentuk.
Menurut saya, karakter yang dibentuk sangat pas dan kuat. Riani yang digambarkan
sebagai sosok wanita pintar yang tidak ingin kalah dalam berdebat namun tetap
ramah dan tidak merasa dirinya lebih pintar dari yang lain, Genta yang
digambarkan sebagai cowok pemimpin yang kalem dan tidak neko-neko, Arial yang
digambarkan sebagai cowok cuek yang sebenarnya penyayang, Ian yang digambarkan
sebagai seorang cowok gendut yang doyan makan indomie dan menonton video porno
namun selalu menajadi yang paling disayang karena lucu, juga Zafran yang
digambar sebagai sosok yang “gila” dan selalu berpuisi. Semua karakter itu
terasa nyata dan hidup ditambah dengan bahasa dan percakapan yang membuat saya
tertawa. Begitu hidup dan nyata.
Alur yang dibangun disini sangat biasa, yakni menggunakan alur maju.
Seluruh dari cerita ini berjalan apa adanya, mengalir bagai air. Saya begitu
menikmati setiap lembar demi lembar yang dihadirkan. Semuanya terasa pas,
terasa berkesinambungan satu sama lain.
Dan terakhir adalah amanat. Amanat yang disampaikan sangatlah besar.
Disini, setelah membaca novel ini secara keseluruhan, ada dua hal yang bisa
saya ambil dari cerita tersebut. yang pertama dari segi instrinsik dan yang
kedua dari segi ekstrinsik. Dari instrinsik, saya bisa mengambil hal jika,
ketika kamu punya impian, maka kejarlah impian itu tanpa kenal lelah, kegagalan
bukan suatu hambatan, tapi sebagai pemicu untuk kamu agar lebih bisa berusaha
dan berusaha sampai meraih hasil yang diinginkan. Apapun yang kamu inginkan
bisa tercapai asalkan kamu ada keinginan, asalkan kamu ada kemauan untuk berusaha.
Lima centimeter di depan kening kamu, biarkan itu menggantung di depan kamu
agar kamu dapat melihatnya setiap saat. Sangat jelas jika pengarang ingin
memberikan motivasi kepada pembacanya agar kita tidak pernah menyerah demi
mencapai cita-cita dan impian.
Dan yang kedua adalah dilihat dari segi ekstrinsik. Ketika saya melihat
kehidupan kelima orang tersebut, saya langsung suka kepada karakter Zafran
bahkan sampai nge-fans. Dan hal yang saya ingat adalah karakter Zafran tidak ada hadir ke dalam dunia fiksi jika tidak
diciptakan oleh pengarang. Dan karakter Zafran pun akan terkesan sebagai orang
yang tidak berguna ketika pengarang tidak memberikan karakter apa-apa, ketika
pengarang tidak memodifikasi karakternya sesuai dengan yang dia inginkan. Maka
kita harus sering berterima kasih kepada penulis karena telah menciptakan
karakter yang begitu hidup, karakter yang begitu unik sampai bisa membekas di
hati pada pembaca. Dan hal itu juga bisa diaplikasikan kepada kita umat
manusia. Kita hanya akan menjadi seonggok daging yang tidak berguna saat Tuhan
tidak memberi kita apa-apa, saat Tuhan tidak memberikan kita kemampuan yang
sebenarnya dimiliki setiap umat manusia. Maka disini, kita harus sering
berterima kasih kepada Tuhan untuk segala karunia yang Dia berikan, untuk
segala nikmat yang Dia berikan sejak kita lahir sampai sekaran. Pandai
pandailah bersyukur kita sebagai manusia agar hidup bahagia dan tentram, juga
agar pandai memaknai hidup.
Terakhir, saya tidak pernah menyesal ketika
ditakdirkan untuk membaca novel 5cm, karena apa yang saya dapat dari novel
tersebut, sangat bermanfaat bagi saya, sangat memotivasi saya untuk lebih bisa
berjuang demi mengejar impian. Juga untuk kuotes-kuotes yang dihadirkan yang
memang bagus dan memotivasi saya sebagai umat manusia agar bisa lebih bersyukur
dan memaknai hidup. Demikian review saya kali ini, semoga kita semua bisa
mengambil hikmah dan pelajaran dari apa yang kita lakukan. Amin J