JNGGA

Jumat, 10 Februari 2012

jingga terindah yang tak bisa kumiliki

semuanya tak bisa kulupakan..

senyum itu..

tawa itu..

canda itu..

kenangan itu..

semua tak luput dati otakku

bagai mentari yang selalu memberi kehangatan

kepada semua makhluk..

itulah kau

bagai pelangi yang selalu setia menunggu hujan

itulah kau..

bagai awan yang selalu memberi perlindungan

itulah kau..

kau adalah jingga terindah bagiku

tetap indah bagai lembayung sore

tetap bersinar bagai purnama malam hari

ingin ku mendekapmu dalam pekatnya cinta

menerangiku bagai lilin lilin kecil disana

tetap memberikan kehangatan bagai perapian

kau..

Makhluk terindah yang tak bisa kumiliki

Jingga yang tak bisa kumiliki

biar..

biarkan ini tetap seperti ini

biarkan ni berjalan apa adanya

biarkan takdir yang mengaturnya

seberkas senyuman yang terlampir

Tuhan..

aku merindukannya

tolong..

tolong sampaikan akan kerinduanku ini

bawalah rinduku oleh angin malam

sampaikan rinduku oleh burung-burung di tengah langit

katakan aku merindukan jinggaku yang dulu

yang selalu tersenyum hangat padaku

selalu menampakan rona terindah di bibirnya

walaupun itu hanya seberkas senyuman yang terlampir

tapi aku tetap mencintainya

rindu yang berujung air mata

rasa rindu datang perlahan

bagai angin yang cepat berhembus

merasuk tulang dan pikiran

membawa rasa rindu yang tak tersimpan

teringat senyum lembut bibirmu dalam pikiranku

selalu hangat bagai dan bersinar bagai bintang

tetap setia laksana pelangi menunggu hujan

dan rasa rindu pun terselip didalamnya

sejenak ku melayang

merasakan manisnya rasa rindu

membayangkan parasmu yang tak bisa kulupakan

sejenak ku terjatuh

merasakan sakit akan kenyataan

kenyataan malaikatku tak sendiri

ada malaikat lain yang slalu menemaninya

sakit akan kenyataan

bukan hanya aku yang slalu merindukannya

bukan hanya aku yang ada dalam pikirannya

ada bintang lain..

ada malaikat lain yang selalu menemaninya

dan rindu ini pun berujung dengan air mata

Berharap Sang Jingga Tak Pernah Pudar

Berharap sang jingga tak pernah pudar

tetap menampakan rona terindahnya

membuyarkan mendung dan gelap

tetap menghiasi langit dengan senyumnya yang merona

Berharap sang jingga tak pernah pudar

tetap tersenyum di lekuk cakrawala

berbalutkan bingkai keabadian

dan tak pernah tersapu oleh datangnya badai

Berharap sang jingga tak pernah pudar

walau badai datang menerpa

kuat seperti karang di pesisir pantai

tak pernah lenyap oleh datangnya zaman

dan tak kan pernah hilang oleh datangnya waktu

Teacher And Me Forever With Love

Hujan turun membasahi bumi pertiwi
membawa kenangan indah ketika memulai untuk bersama
menorehkan kebahagiaan yang mendalam di jiwa
Lagu kenangan pun berdendang
disambut irama pilu menyeruak..
Tahun ini sangat berbeda dengan tahun lalu
tahun lalu penuh kebahagiaan
tawa canda mewarnai hari..
Tahun ini?
dihiasi perih dan rasa rindu
di warnai setetes kebahagiaan dan nostalgia
Tahun ini kita tak lagi bersama
hanya kenangan yang terukir di hati
kenangan indah masa lalu bersama dirimu..
Ku bereskan alat-alat tulis ku yang berserakan di bangku taman sekolah. Aku membaca ulang puisi yang baru saja kubuat. Aku tersenyum lalu kumasukan puisiku ke dalam tas agar tak terkena air hujan yang menetes. Ku raih handphoneku dan memutar satu lagu, Fall For You milik Seconhand Serenade mulai mengalun di telingaku. Perlahan bibirku mulai menyanyi kecil, ku buka tas dan ku ambil puisiku tadi. Ku baca ulang puisi itu berkali-kali.. Ya puisi itu kubuat untuk mantanku, Wira kakak kelasku di SMA tempat ku menimba ilmu. Aku pun hanyut dalam nostalgia sesaat. Pikiranku melayang pada 1 tahun ke belakang saat aku dan Wira mengunjungi salah satu pameran yang diadakan oleh salah satu universitas di Bandung. Ketika itu aku dan Wira belum pacaran, kita masih ada pada tahap PDKT. Aku tersenyum kecil lalu ku masukan kembali puisiku ke dalam tas.
Aku pun menatap langit yang mendung, memperhatikan tetes demi tetes air hujan yang membasahi bumi.
"Belum pulang nak?" tiba-tiba suara seseorang menyapaku.
Aku menoleh lalu bertingkah kaku dan canggung ketika tau siapa yang menyapaku barusan.
"Ee...eeh Bapak. Belum Pak masih nunggu hujan." jawabku gugup.
"Loh.. ngapain hujan di tunggu? Toh dia gak bakal kabur." ucapnya sambil tersenyum lembut.
"Hahaha.. maksudnya aku lagi nunggu hujan berhenti Pak."
"Nah itu baru jawaban yang benar."
"Hehe.. Bapak belu pulang?" tanyaku.
"Eh.. kan Bapak juga nunggu hujan reda, kalau hujannya udah reda pasti kamu juga udah pulang." jawabnya bercanda.
"Oh iya ya Pak.." jawabku kikuk.
"Boleh Bapak duduk disini?" lanjutnya kemudian
"Oh boleh kok Pak gak ada yang ngelarang hehe.."
Kami berdua duduk bersebelahan. Ada rasa yang luar biasa gugup melanda diriku. Entahlah ini kali pertamanya aku berduaan dengan dia. Dia adalah Pak Anto, guru paling muda di tempat aku menuntut ilmu sekarang. Ia adalah guru bahasa jerman disini. Walaupun dia mengajar bahasa jerman tapi tak ayal dia selalu berbicara bahasa Indonesia jika berada di luar kelas. Dia sendiri meupakan guru yang menyenangkan bagiku, caranya mengajar tidak terlalu serius dan tidak membuat kami para siswa tegang tetapi justru sebaliknya. Setiap mengajar kami para murid selalu tertawa dan bercanda bersamanya. Hal ini membuat dia menjadi guru yang paling di favoritkan oleh para murid di sekolahku.
Dan beberapa bulan ke belakang aku merasakan hal yang aneh setiap berada di dekatnya. Aku selalu merasa gugup bila bertemu dan mengobrol dengannya. Aku selalu ingin melihatnya lebih lama dan mengobrol dengannya setiap hari walaupun itu hanya sepatah dua patah kata. Dan pada suatu waktu aku menyadari bahwa aku menyukainya. Aku menyukaiya tidak hanya sebatas guru dan murid tetapi lebih dari itu. Aku sendiri mengenalnya ketika aku masih duduk di kelas 1 SMA. Ketika itu aku masih menjalin hubungan bersama Wira, dan kebetulan dia tidak mendapat bagian untuk mengajar di kelasku. Setiap istirahat aku dan Wira selalu duduk di depan lab komputer yang kebetulan dekat dengan kelasku. Pak Anto yang waktu itu mengajar di kelasnya Wira bertanya ketika melihat kami sedang duduk berdua.
"Oh ini pacarnya Wira?" tanyanya.
"Eh.. Bapak, iya Pak ini pacar saya." jawab Wira.
"Kelas berapa Damen?" tanyanya kepadaku dengan bahasa jerman yang artinya 'ladies'
"Kelas X-D Herr." jawabku
"Oh gak kebagian Bahasa Jerman sama Bapak ya?"
"Iya Pak guru bahasa Jerman saya Ibu Maria"
Lalu dia tersenyum dan mengobrol dengan Wira sebentar lalu masuk ke dalam lab komputer.
"Yang tadi itu guru Bahasa Jerman kamu Wir?" tanyaku pada Wira.
"Iya dia guru Bahasa Jerman aku, kalau ngajar enak banget. santai tapi serius." jawabnya.
Sejak saat itulah aku mengenal dirinya. Tak jarang kami saling sapa ketika kami bertemu. Dan ketika aku duduk di kelas 2 Pak Anto mendapat bagian mengajar di kelasku. Aku sangat bahagia mendengarnya. Tetapi tersirat kabar bahwa dia telah mempunyai seorang kekasih. Kabarnya dia berpacaran dengan muridnya sendiri, teman satu angkatan Wira. Alumni yang baru lulus tahun kemarin. Aku tak tau apakah mereka masih menjalani hubungan itu atau sudah berakhir yang jelas aku belum pernah menanyakan hal ini secara langsung ataupun tidak langsung. Aku terlalu takut dan pengecut untuk menanyakan hal semacam ini padanya. Aku takut dia tau akan maksudku menanyakan hal itu karena menurut berita yang aku peroleh dari Wira dia memiliki six sense.
"Kok diam aja? Gak suka ya Bapak disini?" tanyanya tiba-tiba
"eeh.. enggak kok Pak. Gak gitu aku cuma lagi asik aja liatin hujan." jawabku gugup.
"Oh kamu suka liat hujan?"
"Iya Pak gak tau kenapa setiap hujan turun aku suka aja liatnya. Tapi aku benci kalau kehujanan di jalan dan gak ada tempat berteduh." Dia hanya membalasnya dengan senyuman.
"Oia kemarin aku lihat Bapak." kataku kemudian
"Oh iya tau." jawabnya tenang dan santai. Aku kaget seketika.
"Loh kok Bapak tau? Aku kan belum ngasih tau liat Bapak dimana?" kataku
Dia pun tersenyum dengan manisnya.
"Kamu kemarin ketemu saya di daerah pasteur kan? Yang kemarin manggil saya?" ucapnya
"Hehe iya Pak." jawabku cengengesan
"Kemarin lagi apa Pak? Kok berhenti di pinggir jalan gitu?" sambungku
"Lagi nunggu orang." jawabnya
"Hayoooh nunggu siapa tuh Pak?" godaku
Dia tersenyum nakal kemuadian menjawab
"Ada deh, mau tau aja."
Lalu dia pergi menuju parkiran para guru dan meninggalkanku sendiri yang aneh dan kebingungan atas jawaban dia barusan.
-----
Waktu menunjukan pukul 11 malam, tetapi rasa kantuk belum juga menghampiriku. Padahal tubuhku sudah terbaring di atas kasur dan terbungkus oleh tebalnya selimut, lampu kamar pun sudah kumatikan. Tetapi entahlah malam ini rasanya sulit bagiku untuk memejamkan mata. Pikiranku melayang pada kejadian tadi siang. Aku tidak bisa melukiskan perasaanku saat ini. Apakah aku bahagia atau bersedih? Entahlah terlalu membingungkan untukku.
'Ada deh mau tau aja'
kata-katanya tadi masih terngiang jelas di telingaku dan senyumnya yang nakal masih terbayang jelas dalam otakku. Apa maksud perkataannya tadi? Apakah kemarin dia sedang menunggu kekasihnya? Tapi terbaca jelas sekali senyumnya yang nakal saat dia hendak pergi. Terbaca jelas bahwa perkataannya tadi mengandung arti tersembunyi. Perlahan suasana menjadi hening. Tak ada suara apapun yang kudengar selain suara detak jam dinding. Nafasku pun mulai teratur dan aku terhanyut dalam malam.
-----
"Aah Yu kalau kata aku sih ya dia tuh sebenarnya udah putus sama pacarnya tapi dia pingin nge tes kamu aja!" kata Silvia ketika ku ceritakan kejadian yang kualami kemarin.
"Ah masa iya Vi? Aku gak yakin deh." jawabku
"Hmm tapi gak tau juga sih Yu, kalau feeling aku sih gitu. Kayaknya dia udah putus terus cuma nge tes kamu aja." jawabnya sambil melahap bakso yang ada di sendoknya.
"Ah entahlah Vi aku gak mau berharap lebih takut sakit nantinya."
"Yoyoy.. Jalanin aja semua seperti biasa." Lalu Silvia pun melanjutkan makannya. Aku beranjak untuk memesan minuman pada ibu kantin.
"Bun jus mangganya satu ya." pesanku pada ibu kantin yang akrab di sapa bunda.
"Baik teteh cantik." kata bunda. Aku pun kembali duduk di tempat semula bersama Silvia. Tak lama kemudian Pak Anto datang lalu segera menghampiri kantin bunda. Dia memesan makanan lalu membalikkan badan dan tersenyum ramah pada kami. "Eh ada Ayu 'ting ting' dan Silvia." ucapnya
"Ayu Apriliani Wiraatmadja, Pak." ucapku membetulkan. Lalu aku mengulurkan tanganku untuk mencium tangannya.Silvia pun mengikuti
"Istirahat Pak?" tanya silvia
"Ja Damen." jawabnya yang artinya 'iya'
"Oia yang kemarin nge add Facebook Bapak itu kamu?" tanyanya padaku
"Iya Pak. Kenapa gitu?"
"Ah enggak. Kirain siapa, abis gak ada 'ting ting' nya sih." ucapnya sambil tersenyum menggodaku
"Bapaaaaaaaak!! Oia Bapak jarang online?" tanyaku
"Hmm hasrus janjian kalau pingin online sama Bapak ."
"Sok atuh hari ini jam 10 malam kita online."
"Hari apa sekarang? Jum'at ya? Dari jam 7 juga udah online Bapak mah."
"Ya sok atuh jam 7 ya?"
"Oke siaaap." ucapnya, kemudian berlalu ke ruang guru.
"Viaaaaaaa.. nanti malam aku online sama dia." kataku bersemangat.
"Aciiiieeeee.. Tuh kan Yu kalau aku liat sih respon dia baik sama kamu. Kalau dia punya pacar gak mungkin dia seramah itu Yu apalagi dia tau kamu suka." ucap Silvia
"Iya sih Vi, tapi aku takut kalau kebaikan dia ini cuma mainin aku aja. Bikin aku berharap tapi ujung-ujungnya dia malah ngejauhin aku. Itu sama aja dia ngasih harapan kosong sama aku Vi." terangku.
"Iya juga sih. Ya udahlah jangan terlalu di pikirin santai aja deh ya." Lalu kami berdua pun sama-sama terdiam dan menunggu bel berbunyi
-----
"Ah modem sialan!" umpatku "Ayolah cepat connect. Ini sinyalnya kenapa sih? rudet amat!" ucapku sambil terus mengotak-ngatik laptopku
Ya.. Aku bersiap-siap untuk online denagn Pak Anto. Kami berjanji online pada pukul 7 malam. Setelah lama ku otak atik laptop beserta modemnya akhirnya aku berhasil online.
"Yeeesssss" teriakku dalam hati. Aku segera menunggu dia online.
Waktu sudah menunjukan pukul 19.30 tapi dia tak kunjug online. Ada rasa kesal dan kecewa dalam diriku.
"Kenapa dia nggak OL-OL? Apa dia bohong sama aku? Atau dia nggak akan OL karena dia tau aku suka? Lantas dia mencoba menghindar dariku?" ucapku dalam hati. Rasa dalam hatiku begitu berkecamuk, dan tiba-tiba....
'waah benar2 OL. aduh2'
Sebuah pesan singkat ku terima di facebook ku dalam chating. Aku kaget bercampur bahagia. Tak menyangka bahwa dia benar-benar OL dan 'menyapaku duluan'
'hahaha udh jadwal pa. kan bsk libur' balasku, lalu aku menekan tombol "enter" pada keyboart laptopku
'waktunya nyuci hahaha' lalu kembali aku menekan tombol enter.
'wah bener2. yg rajin ya' balasnya
'rajin apa pa?' ketikku
'rajin nyuci, hahaha'
'ya dong pa kalau ntar ga nyuci nanti gga boleh main besoknya hehe'
Kami berdua pun terus chating sampai larut malam, tak ada yang ingin mengakhirinya. Keduanya sama sekali terlihat santai dan enjoy. Mungkin karna kami berdua belum mengantuk. Karena kami sama-sama ingin begadang malam ini. Lama ku tunggu balasan chat dari dia, entah apa yang sedang ia lakukan, 'hmm mungkin dia lagi asik main game makanya lama balas chatingku' pikirku. Lalu tiba-tiba ku lihat layar laptopku dan ku lihat namanya tak terpampang pada daftar online. 'Dia off. Sialan!!' Aku pun membiarkan laptopku begitu saja lalu tidur.
-----
"hahahahahahahahaha." suara tawa Silvia membludak saat ku ceritakan kejadian Jum'at lalu.
"Puas lo ngetawain gue?" ucapku
"Hahaha.. Sorry Yu gak maksud, tapi ya hahaha..." Silvia tidak melanjutkan perkataannya, dia terlalu sibuk untuk tertawa.
"Vi serius dong. Kampret lo!" kataku kesal
"Oke.. oke aku minta maaf. Hmm kalau kata aku sih ya kalau masalah dia off tiba-tiba itu karena kesalahan teknis deh."
"Maksud kamu?"
"Iya jadi dia off karena terpaksa, mungkin karena sinyalnya jelek atau modemnya limit, iya gak?"
"Hmm iya sih tapi gak tau deh."
Kami berdua pun melanjutkan obrolan kami sambil menunggu Pak Anto datang ke kelasku untuk mengajar. Tak lama kemudian ia datang untuk mengajar di kelasku.
"Assalamu'alaikum. Guten Tag alle." sapanya yang artinya 'selamat siang semuanya'
"Guten Tag Herr." jawab kami serempak.
Lalu kami pun memperhatikan materi yang dia berikan dengan seksama, kecuali aku, aku hanya memperhatikan paras, gerak gerik dam tingkahmya selama dia mengajar.
-----
"Ya.. materi hari ini di cikupkan saja. Dank für die Aufmerksamkeit. Wasalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh." ucapnya mengakhri pelajaran hari ini.
"Uuh akhirnya beres juga semua pelajaran hari ini." ucap Silvia
"Iya nih capek banget." sahutku
"Eh Ayu, Silvia tugas bahasa Indonesia gimana?" Tiba-tiba suara seorang cowok memanggilku.
"Ehm iya benar. Tugas bikin berita kan belum Vi mana waktunya seminggu lagi kan? Tinggal wawancara 2 orang lagi kan?"
"Hmm iya benar, mau kapan dit? Terus mau wawancara siapa?" sambungku
"Nah itu dia aku gak tau. Kamu punya ide Yu?" aku hanya menggeleng lemah.
"Hmm kalau kita wawancara Pak Ilham dan Pak Anto aja aja gimana dit? Kita wawancara Pak Ilham menyangkut tentang sekolah sehat, kebetulan beliau fasilitator KKR kan? Nah kalau Pak Anto kita wawancara tentang biografi beliau dan perkembangan bahasa jerman aja. Gimana?" ucap Silvia panjang lebar.
"Hmm,setuju Vi,yaudah gitu aja." ucap Adit
"Kalau kamu Yu?" tanya Silvia padaku
"Aku sih setuju-setuju aja." jawaku singkat
"Nah, kalau gitu kamu hubungin Pak Anto ya Yu,atur-atur jadwal wawancaranya kapan,tapi kalau bisa sih secepatnya soalnya kan deadlinenya sebentar lagi." ucap Silvia sambil tersenyum penuh arti
"Oke deh,itu sih urusan gampang Vi.yang mau wawancara mereka siapa aja?" tanyaku
"Si Derren yang wawancara Pak Ilham dan kamu yang wawancara Pak Anto aja Yu, gimana?" tanya Silvia lagi
"Loh kok aku sih?kalian ngapain?" tanyaku setengah berteriak
"Aku cameraman dan editor, nah Silvia kan pembawa acara dan pembuat naskah." ucap Adit
"Oh,oke deh Dit sip sip bisa diatur." ucapku
"Nah kalau gitu aku pulang dulu ya,dadah semuanya, see you" ucap Adit
"Daaaah… hati-hati Dit." ucapku berbarengan dengan Silvia
"Ciee yang mau wawancara Pak Anto." ucap Silvia sambil berjalan keluar kelas
"Apaan sih lo Vi? biasa aja kalee…hahaha."
“emm..masa?”
“iya..bawel lo!oiya kamu pulang sama siapa?”
“aku dijemput Taka,kamu gimana?”
“aku dijemput supir tapi agak telat sialnya dia ke bengkel dulu”
“oh okedeh,aku duluan yaa,dadah say” ucap Silvia lalu mencium pipi kanan pipi kiri ku layaknya ibu-ibu yang baru selesai arisan.
Aku terduduk di bangku taman sekolah sambil memperhatikan hujan yang mulai turun perlahan. Ah…bagiku taman ini memang paling nyaman sekali,apalagi selagi hujan begini. Untunglah di bangku taman ini terdapat tudung jadi ketika hujan turun airnya tidak akan mengenai kepala. Hmm,sungguh hebat sekolah ini,mempunyai konsep seperti ini dalam membuat taman,walaupun aku tau konsep ini mengikuti taman ganesha yang berada di dekat kampus ITB tapi cukup kreatif lah..
“Aduh ini anak belum pulang?” tanya seorang pria tiba-tiba
“Belum Pak,ini masih hujan, lagipula saya nunggu jemputan" jawabku
“Hayoo dijemput siapa? Wira ya?” godanya.
"Ih, bukan ko Pak bukan Wira.” ucapku sambil tersenyum, lalu perlahan dia duduk disampingku dan bertanya
"Masih sama Wira?”
“Udah enggak Pak, udah lama” ucapku mencoba tersenyum
“Oh kirain masih pacaran, terus sekarang sama siapa?”
“Gak sama siapa-siapa Pak.” jawabku singkat.
Hening. Tak ada yang berani mengeluarkan suara sedikitpun, sepertinya dia kehabisan bahan pembicaraan, begitupun denganku.
drrrtttt…drrrrtttt….
Suara handphoneku bergetar. Aku melihat layar handphoneku dan tertera nama Mang Bejo
'neng maaf bgt mamang g bs jmpt soalnya mobilnya di bengkel msh lm.ngantri neng. gk apa2 kan eneng plg sndiri?'
“Yaaaaaah” gumamku
“Ada apa?” tanyanya
“Itu Pak, aku gak jadi dijemput soalnya mobilnya masih dibengkel.”
Dia hanya menganggukan kepala. Lalu kusodorkan tanganku kearah luar. Mengecek seberapa derasnya hujan yang turun.
“Pak, Ayu duluan ya?” kataku tiba-tiba
“Loh? Mau Kemana? Masih hujan kan?” ucapnya
“Iya sih Pak, tapi gak apa-apa deh Ayu hujan-hujanan aja, soalnya takut kesorean nanti Pak, gak ada angkot.” jelasku
“Emang rumah kamu diamana?”
“Di daerah Padjajaran Pak”
“Oh, ewat dong, yaudah tunggu aja bentar lagi, nanti kamu Bapak anterin sampai rumah”
“Eh, enggak apa-apa Pak? gak usah ngerepotin Ayu bisa pulang sendiri.”
“Ah udahlah gak apa-apa”
Lalu kami pun menunggu hujan reda, ketika waktu menunjukan pukul 17:15 hujan sudah berhenti, aku segera pulang ke rumah dengan diantar Pak Anto, hatiku sangat senang tiada tara. Senang dengan keadaan ini. Malam harinya aku berdiam diri di kamar menatap layar computer dengan seksama. Menunggu Pak Anto online. Dan ketika itu aku terkejut. Aku melihat “home” pada akun facebookku dan melihat bahwa dia telah open relationship with Melinda Seftyananda. Aku shock, ada rasa sedih, kecewa, marah, dan kesal bercampur dalam diriku. Aku mematikan layar komputer dan tidur.
------
Keesokan harinya aku menceritakan kejadian ini pada Silvia , aku menceritakan semuanya dari awal sampai akhir. Dari dia mengantarku pulaing sampai insiden "OPEN RELATIONSHIP" nya.
"Udah Yu sabar. Sekarang sih jalanin aja kayak biasa toh perasaan lo juga nggak bisa ditahan gitu aja kan? Lagian hari ini kan pelajaran dia kalau lo keliatan sedih nanti dia curiga." ucap Silvia menenangkan.
"Iya Vi gue nggak apa-apa ko santai aja." ucapku berbohong.
Bel pergantian pelajaran sudah berbunyi. Aku menunggu kedatangan dirinya untuk mengajar di kelasku.
10 menit berlalu..
30 menit berlalu..
Dia tak kunjung datang. Sampai bel pergantian pelajaran pun dia tetap tak kunjung datang. Aku kesal dan kecewa untuk kedua kalinya. Aku meraih handphoneku dan memasang earphone ditelingaku. Aku menekan tombol play tanpa melihat lagu apa yang kudengarkan. Dan lagu yang diputar adalah lagu nidji yang berjudul 'dosakah aku' tanpa Silvia ketahui air mataku menetes dan menangis karna hal yang kemarin dan hari ini.
-----
Hujan turun cukup deras hari ini. Seperti biasa aku menunggu di taman sekolah. Sendirian. Sempat terlintas dipikiranku Pak Anto datang seperti kemarin tetapi.. sudahlah. Lupakan!
"Hmm hujannya Lumayan deras ya?" tiba-tiba terdengar suara seorang pria yang sudah ku kenal. Aku hanya membalasnya dengan senyuman sekilas
"Nunggu jemputan?" ucapnya
"Iya Pak." kataku akhirnya "Oia Pak tadi kenapa nggak masuk kelas?" sambungku memberanikan diri
"Kapan? Masuk aah." jawabnya
"Ih nggak Pak, tadi bapak nggak masuk."
"Jam berapa sih?"
"Jam 12an."
"Oh iya tadi Bapak makan dulu di kantin terus di suruh ke ruang kepala sekolah, ada sesuatu."
'Oia Bapak masang relationship ya di facebook. Cieeee PJ dong Pak." ucapku terus terang
Dia hanya tersenyum sekilas lalu berkata "hehe nggak aah."
"Ih curang. Hmm oia Pak Ayu ada tugas bahasa indonesia dan tugasnya itu di suruh buat berita. Bapak mau nggak kalau di wawanara?"
"Boleh. Oke Bapak mau. Kapan wawancaranya?"
Kalau besok bisa Pak? Soalnya waktunya udah mepet."
Dia memicingkan matanya lalu berkata
"Jam berapa?"
"Bapak selesai ngajar jam berapa? Selesai Bapak ngajar aja."
"Oh iya oke deh. Besok ingetin lagi ya?"
ucapnya
"Oke pa."
-----
Keesokan harinya seusai kelasku keluar aku mencari Pak Anto untuk mengingatkanya.
"Bapak nanti jangan lupa ya ada wawancara." ucapku begitu bertemu dengan Pak Anto.
"Oke tunggu sekitar 1 jam setengah lagi ya?"
"Oke bapak."
Aku, Silvia, Fahmi, Adit dan Tika pun mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk wawancara. Adit dan Fahmi me charge handycam, sedangkan aku, Silvia, dan Tika me charge laptop di dekat masjid. Tiba-tiba hujan turun sangat deras dan cukup lama hari ini, tidak jarang petir dan angin kencang berseliweran. Akhirnya kami semua pun menunggu hujan reda di dalam masjid, ada rasa takut yang melanda dalam diriku. Hujan hari ini benar-benar bikin kami semua takut. Hujan saat itu berlangsung cukup lama. Setelah kira-kira 1 jam hujan itu pun berhenti dan cuaca pun kembali cerah. Kini keadaan sekolahku sedikit berantakan karna barang-barang dan hiasan-hiasan berjatuhan begitupun dengan daun-daun berserakan di mana-mana. Setelah 45 menit kemudian bel sekolah berbunya pertanda berakhirnya 1 jam pelajaran yang artinya selesainya juga Pak Anto mengajar.
"Aaah Pak Anto selesai ngajar nih." ucapku
"Ayo siap-siap!" perintah Adit
"Dit aku ke toilet bentar ya? nggak kuat pingin pipis." ucapku
"Oke jangan lama-lama." ucap Adit
"Ayo Vil." ajakku pada Silvia
Ketika aku kembali dari toilet tiba-tiba Adit mendatangiku, wajahnya setengah panik.
"Yu Pak Anto hilang." ucap Adit
"Hah? kok bisa?"
"Nggak tau Yu tadi dia ada di ruang guru terus ke kantin udah gitu ke arah parkiran motor guru." jelasnya
"Hah? jangan-jangan dia udah pulang." Aku segera berlari ke parkiran motor guru. Beruntung motor dia masih ada disitu, aku segera berlari menuju teman-temanku
"Pak Anto masih ada kok, motornya masih ada."
"Terus dia dimana?" tanya fahmi
"Nggak tau mi. Gini deh Vi kamu sama Tika jagain di depan ruang gurutakutnya dia nanti masuk sana, Adit sama Fahmi jagain di parkiran motor guru. Kayaknya dia lupa kalau ada wawancara sama kita. Takutnya dia langsung pulang. Dan aku nyari ke daerah belakang. Oke?"
"sip." jawab semua serempak.
Aku segera berjalan menuju belakang sekolah mencari keberadaan dirinya, tiba-tiba pikiranku tertuju ke arah lab komputer, akupun segera pergi ke sana dan benar saja kulihat dia sedang merokok di tempat itu.
"Bapaaaaaaaak" ucapku
"Eh kamu. Kok bisa tau saya disini?"
"Feeling Pak. Bapak ngapain disini? Bapak nggak lupa kan kalau ada wawancara?" tanyaku hati-hati
aku mendekatinya perlahan dan berdiri di sampingnya.
"Oh nggak ko, aku nggak lupa, aku cuma pingin ngerokok dulu aja. Sekarang nggak boleh ngerokok di daerah sekolah kan jadi aku harus ngumpet."
Lalu dia mematikan rokoknya. Lalu menghadapkan tubuhnya padaku . Tiba-tiba dia mengulurkan tangannya. Menarik tanganku dan meraihku ke dalam pelukannya.
"Bapak apa-apaan..."
"ssssstttttt" ucapanku terpotong oleh ucapannya
"Aku mohon jangan berontak. Please aku mohon." Ucapnya parau dan serak. Aku menuruti perkataannya, aku melemaskan tubuhku yang berada dalam pelukannya.
"Aku sayang kamu Yu, aku sayang kamu sejak dulu. Maaf aku melakukan ini tapi aku nggak tahan aku ingin meluk kamu, aku ingin mengikat janji dan jadi milik kamu tapi nggak bisa Yu." sambungnya. Aku mulai membalas pelukannya. Aku sedikit kaget dengan ucapannya.
"Kenapa Pak? Kenapa nggak bisa?" ucapku tak kalah parau.
"Karna udah ada Nanda di hidup aku. Aku nggak mungkin mutusin hubungan sama dia, hubungan kita udah terbilang serius dan lagi Nanda sangat cinta sama aku. Aku nggak mau buat dia sedih atau kecewa. Aku nggak mau nambah beban dia. Bagi aku cukup beban dari keluarganya yang buat dia sedih. Aku nggak mau buat dia sedih dan kecewa. Maaf.. maafin aku Yu. Andai dulu aku lebih dulu kenal kamu mungkin nggak perlu ada Nanda dan nggak akan ada kejadian gini. Aku sayang kamu." jelasnya panjang lebar. Perlahan air mataku menetes, aku menangis dalam pelukannya. Sungguh perih dan sakit apa yang kurasakan saat ini atas ucapan dan pengakuannya.
"Aku juga sayang Bapak." ucapku susah payah dan berat.
Aku dan dia sama-sama mempererat pelukan kami dan sama-sama menangis. Lalu tiba-tiba dia berkata
"Biarin kita tetap kyak gini Yu, tetap bersama dan mencintai walau kita gak bisa nyatu."
Lalu dia mencium keningku dan kembali memelukku.

"Simple Thing Called Love" by Anna Triana

Judul          : Simple Thing Called Love Penulis       : Anna Triana Penerbit      : Elex Media Komputindo ISBN          : 978 - 602 - 0...