JNGGA

Selasa, 15 Mei 2012

tentang cinta


Sekilas tentang dirimu yang lama kunanti memikat hatiku
Jumpamu pertama kali janji yang perna terucap tuk satukan hati kita
Namun tak pernah terjadi..
Mungkinkah masih ada waktu yang tersisa untukku?
Mungkinkah masih ada cinta di hatimu?
Andaikan saja aku tau kau tak hadirkan cintamu..
Ingin ku melepasmu dengan pelukan..
Sesal yang datang slalu, takkan membuatmu kembali
Maafkan aku yang tak pernah tau hingga semuanyapun kini tlah berlalu
Maafkan aku.. maafkan aku…
( ipang – tentang cinta- )

Layaknya sepasang burung dara yang terbang bebas, selalu bersama satu sama lain, melintasi luasnya cakrawala, menembus langit jingga yang menguning dan ditingkah semilir angin. Tetapi tidak untuk hari ini. Sepasang burung dara itu tidak tertawa riang seperti biasanya. Mereka saling diam. Membisu. Membatu. Tidak ada yang ingin memulai untuk bicara, bahkan di tengah hujan yang mengguyur mereka sore ini, mereka tetap tidak ingin mengeluarkan suara. Keduanya berdiri berhadapan memandang satu sama lain. Lelaki itu menatap seorang gadis yang berdiri di hadapannya saat ini, tubuh gadis itu sedikit menggigil, badannya basah kuyup sama seperti dirinya, tatapannya sedikit sayu. Ingin sekali lelaki itu memeluk tubuh gadis yang ada dihadapannya. Andai saja masih bisa! pikirnya. Tetapi sang ego mulai berteriak. Mengalahkan segala yang tak terkalahkan. Bahkan jeritan hatinya saat ini. Sesaat lelaki itu tertegun, ia memejamkan matanya kemudian mengantupkan rahangnya. Ia menarik nafas dan menghembuskannya kuat-kuat. Merasakan sakit yang ia rasakan. Sungguh sakit. Sesak. Perlahan gadis di hadapannya menatap dirinya. Menatap lelaki yang berdiri tegak tepat di depannya. Menatapnya dengan tatapan yang tak terdefinisi. Entah marah, kecewa, sakit atau apapun!
"Please.. dengerin aku dulu. Aku mohon.." ucap gadis itu kemudian. Parau dan serak.
"Aku gak mau dengar apa-apa lagi. Ini udah lebih dari cukup!" jawab lelaki itu tegas.             "Tapi Der, itu semua gak seperti apa yang kamu pikirin, aku cuma pingin…."
"Pingin apa? Pingin nyakitin aku? Pingin buat aku malu? Kamu keterlaluan Vin!"
"Aku terpaksa ngelakuin itu karena aku sayang kamu Der! Kalau aku gak ngelakuin itu mana bisa aku tau semua yang gak aku tau selama ini? Dan akhirnya aku tau! Aku tau satu hal kalau kamu gak sayang sama aku. Kamu cuma ngejadiin aku pelarian aja! Dan itu sakit Der.. Sakit banget!" suara Vina, -wanita itu- melunak.                                                                                       "Kata siapa Vin? Kata siapa?? AKU SAYANG SAMA KAMU. AKU SAYANG BANGET!! TAPI CARA KAMU NYARI TAU ITU SALAH VIN.. SALAH BESAR!! AKU GAK SUKA CARA KAMU!" jawab Derry -lelaki itu- dengan keras. Beruntung saat ini keadaan sekolah tidak begitu ramai. Nyaris sepi karena sebagian dari mereka telah pulang ke rumah masing-masing. Di tambah dengan hujan yang mengguyur kota ini menambah minat para siswa-siswi untuk berlama-lama di sekolah urung.
"Maafin aku Der, aku gak tau kalau.."                                                                                           "Ssstttt.. jangan ngomong lagi" potong Derry sambil menaruh jari telunjuknya di bibir wanita itu. Mereka berdua terdiam membisu di tengah derasnya hujan, tidak ada yang bicara lagi. Dan kini kebisuan mereka menimbulkan kesepian. Tidak ada suara apapun kecuali suara rintikan hujan yang jatuh membasahi bumi. Rasa aneh menghinggapi hati Derry. Entah apa yang ia rasakan saat ini. Ia tetap terdiam. Tidak mengeluarkan suara. Ada rasa yang menggila dalam dirinya. Rasa untuk mempertahankan sekaligus melepaskan. Sang ego dan perasaan mulai berperang. Perang yang entah kapan usainya. Mungkin setahun, dua tahun, atau mungkin tak kan pernah usai sampai kapanpun. Rasa itu begitu bergejolak dalam dirinya. Ia sayang wanita ini, tetapi perbuatannya belum bisa ia maafkan.
"Kita selesai disini" ucap Derry pada akhirnya. Vina hanya bisa terdiam mendengar ucapan Derry. Perlahan air matanya mulai menggenang di pelupuk mata, setengah mati gadis itu menahannya agar tak turun.
"Aku ingin kita jalani hidup masing-masing" sambung Derry kemudian. Seketika Vina pergi meninggalkan Derry sendirian. Ia berlari menembus derasnya hujan lalu menyetop taksi dan menaikinya. Derry melihat peristiwa itu dalam diam. Perlahan ia menutup matanya, mengantupkan rahangnya dan mengepalkan tangannya.
"AAARRRRGGGGHHHHHHH!!!!!" teriaknya. Seketika ia menghajar tembok yang ada di sampingnya dengan tangannya                                                                                                              
Dan akhirnya semua terjawab. Sang ego lah yang menjadi pemenangnya.
                                                                                                ***
1 tahun kemudian..

Perang antara ego dan perasaan adalah jenis konflik yang tidak bisa dikalahkan. Memerlukan waktu yang sangat lama untuk dapat mengetahui siapa pemenangnya. Atau mungkin memang tidak ada yang menang ataupun kalah. Dan pada akhirnya perang antara ego dan perasaan menimbulkan sesak yang mendalam. Pengap. Sakit. Perih. Dan akhirnya berujung pada penyesalan. Hal itulah yang kini Derry alami dan rasakan. Perlahan ia teringat pada hari-hari yang ia jalani bersama Vina. Saat pertama mereka berkenalan sampai saat-saat mereka merajut tali kasih. Sungguh manis dan indah. Lelaki itu memejamkan matanya lalu mengantupkan rahangnya kuat-kuat. Harus ia akui kini ia menyesal telah berpisah dengan gadis yang dicintainya. Memang pada awalnya lelaki itu setengah hati menjalani hari-hari bersama Vina. Memang ini yang ia inginkan pada awalnya. Tapi mengapa ketika semua telah terjadi ia merasa sangat menyesal. Andai saja masih bisa, lelaki itu ingin sekali menarik gadis itu kembali disisinya. Ingin sekali ia memeluk gadis itu untuk terakhir kalinya sebelum ia benar-benar berpisah dengannya. Ia menyadari janji yang dulu ia berikan tak pernah terwujud sampai saat ini. Kalau boleh jujur sebenarnya Derry sudah mulai menyayangi gadis itu tanpa bayang-bayang Dira -mantannya sebelum Vina- sejak awal bulan lalu sebelum mereka putus. Andai saja Derry tidak memaksakan ego nya dulu, mungkin saat ini ia masih berada disisi Vina.                   
"Maafin aku vin.." ucapnya lirih pada sebuah foto yang berada ditangannya.
"Andai aku dulu mikir gak pake emosi, mungkin gak akan ada kejadian ini. Maaf.. maafin aku. Aku sayang kamu Vin" lanjutnya kemudian

tok.. tok.. tok..
Tak lama kemudian terdengar suara pintu diketuk dari luar. Derry menyuruh orng itu masuk.
"Ada apa Ndra?" ucap Derry pada Indra
"Gue cuma mau tanya. Lo udah tau kalau besok Vina akan pindah ke Ausie?" tanyanya hati-hati.
Deg. Seketika jantung Derry berdegup kencang. Ia tertegun sesaat, menunggu kata-kata yang akan keluar dari mulut Indra selanjutnya.
"Gue sama yang lainnya besok mau ikut ngantar sampai bandara. Lo mau ikut?" tanya Indra kemudian.
"Gak Ndra, gue gak bakal ikut!" ucap Derry kemudian terdengar parau dan serak.
"Kenapa? Masih lo permasalahin masalah yang dulu? Der, gue tau lo marah banget sama Vina tapi lo harusnya udah bisa maafin dia. Dan kalau gue pikir itu semua bukan sepenuhnya salah dia."
"Gue tau! Tapi sumpah perbuatannya dia dulu belum bisa gue maafin. Cara dia ngejebak gue gak lucu Ndra!" ucap Derry ketus.
"Oke terserah lo aja. Tapi asal lo tau Vina pergi dan gak akan balik. Dia bakal kuliah disana dan menetap disana. Gue harap lo gak nyesel!" ucap Indra kemudian dan pergi. Dalam hati Derry merutuki diri. Ada rasa ingin bertemu dan tidak. Sang ego dan perasaan kembali berperang. Dia sudah berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia tidak akan pernah mau bertemu dan bicara lagi dengan gadis itu. Dan dia pun bersumpah tidak akan datang ke bandara apapun yang terjadi! Dan lagi-lagi sang ego berteriak dan menang!
                                                                                                ***
Wangi jingga mulai tercium. Langit pun mulai berubah menjadi jingga, dan goresannya mulai terlihat indah. Burung-burung berterbangan untuk pulang, langit menyamburkan warna orange dihiasi partitur cahaya senja lalu awan-awan pun mulai menggumpal dan membentuk gambaran sempurna. Eloknya langit benar-benar menyemburkan jingga hangat, goresannya yang ranum mulai menyeruak. Pijakan senja saat ini terasa damai, berbagai endapan kebencian dan kemarahan menguap, elegi kepedihan pudar dan perlahan sirna. Langit pun mengulum gerimisnya sore ini. Yang ditampakkannya hanya seutas pelangi yang indah. Ditengah suasana sore yang damai ini seorang lelaki berdiri di depan jendela kamarnya. Melihat ke arah luar. Menatap keadaan sore yang elok. Perlahan ia memperhatikan burung-burung yang terbang kian kemari. Mungkin saat ini mereka menuju sarangnya masing-masing, membawa kabar gembira atau mungkin membawa makanan untuk anak-anak mereka. Derry tersenyum simpul membayangkan hal itu. Tak lama, pikirannya melayang pada ucapan Indra kemarin, hari ini. Tepat malam ini vina akan pergi meninggalkan Indonesia dan dirinya. Entah berapa lama ia disana, mungkin setahun, dua tahun atau mungkin selamanya! Perlahan ia merasa sesak. Decitan hatinya terasa sesak dan pilu. Terasa perih dan menyakitkan. Keadaan hatinya saat ini bagai burung tak bersayap, bagai malaikat tak bertulang dan bagai malai tanpa bintang. Gelap. Sepi. Hampa. Dan pada akhirnya tubuh ini dijejali oleh rasa sakit. Ia pun menarik nafas. Dalam dan hampa. Lalu segera mengambil secarik kertas dan kunci motornya, lalu bergegas menuju bandara.
                                                                                                             ***

"Mohon perhatian kepada seluruh penumpang dengan tujuan pemberangkatan melbourne Australia harap segera bersiap-siap karena 10 menit lagi....."
"Oke guys aku udah dipanggil nih" ucap Vina
"Vin kamu yakin gak akan ngehubungin Derry untuk terakhir kalinya?" ucap Ayu
"Aku udah hubungin dia tadi tapi hp nya gak aktif"
"Gak akan nyoba sekali lagi?" kali ini Tris yang bertanya.
"Gak usah kayaknya dia masih marah sama aku" ucap Vina
"Hmm Ndra titip salam aja ya buat Derry tolong bilang sama dia aku benar-benar minta maaf atas perbuatanku yang dulu itu" sambung Vina.
"Oke pasti ntar aku sampaikan. Jaga diri baik-baik ya Vin, jangan sampai lupa sama kita"
Vina hanya menjawabnya dengan senyuman. Entah senyum apa yang ia tunjukan. Entah terharu, ikhlas, sakit, kecewa bahkan pasrah yang jelas saat ini ia merasa bahagia sekaligus terharu, bahagia karena di akhir keberadaannya di Indonesia ia masih mempunya teman-teman yang amat sangat perduli pada dirinya bahkan di tengah masalah yang ia hadapi dengan Derry pun teman-temannya tetap setia menghibur dirinya dengan tawa dan candaan yang mereka buat. Vina pun tersadar dari lamunannya lalu segera bergegas menuju pesawat, tak lupa ia berpamitan dan memeluk temannya satu per satu sebagai tanda perpisahan. Setelah melambaikan tangan ia pun mulai berjalan menuju arah utara, tempat suara berasal. Sesekali ia melambaikan tangannya pada teman-temannya yang masih tetap menatapnya sampai Vina hilang di kejauhan. Dan pada akhirnya Vina pun makin menjauh dan hilang tertelan oleh kejauhan.
                                                                                                  ***
Terangnya malam oleh rembulan, di tengah dinginnya malam dan disambut keramaian kota, mengantarkan pada satu keadaan. Keadaan dimana semua orang membencinya, termasuk Derry. Ia benci keadaan ini. Disaat dirinya sedang dalam keadaan terburu-buru kenapa keadaan kota begitu padat merayap. Disaat ia akan meminta maaf dan akan menyatakan cintanya pada Vina mengapa tidak didukung oleh keadaan kota. Setangkai mawar dan secarik kertas yang beisi puisi telah ia persiapkan untuk menyatakan cintanya pada Vina. Derry tak bisa menunggu lama lagi karena waktunya tak cukup. Hanya saat ini lah ia mempunyai waktu. Tidak nanti. Besok. Apalagi lusa. Hanya malam ini waktunya untuk meminta maaf kepada Vina. Tetapi jika melihat kondisi jalan saat ini, ia yakin ai akan terlambat. Tidak akan sampai di bandara tepat pada waktunya. Derry cemas. Khawatir. Takut kalau ia tidak mempunyai kesempatan lagi. Takut kalau Vina telah pergi untuk waktu yang tak sebentar. Lelaki itu pun berusaha keras untuk menyalip kanan kiri. Tak perduli ada motor lain yang menyalip dirinya. Bisa dibilang saat ini ia sedang mempertaruhkan nyawanya. Ia tidak menghiraukannya. Tidakperduli. Baginya yang terpentin adalah ia bisa bertemu dengan Vina untuk meminta maaf dan meminta Vina untuk kembali menjadi kekasihnya. Tidak perduli walaupun Derry harus menunggu lama, menunggu Vina pulang. Ia tidak perduli. Ia punya banyak waktu untuk itu. Yang penting ia menyatakan cintanya pada Vina malam ini juga! Pada akhirnya Derry mengambil jalan tikus. Jalan yang tidak mengalami kemacetan. Walaupun itu lebih jauh dari jalan biasanya tapi tak apa asalkan terhindar dari kemacetan, karena bila jalan legang ia bisa menaikan kecepatan laju motornya. Dan benar saja disaat ia mengambil jalan yang berbeda jalanan sangat legang, bahkan nyaris kosong. Keadaan ini ia manfaatkan untuk mempercepat laju motornya. Sesampainya di bandara ia memarkirkan motornya dengan sembarangan. Lagi-lagi ia tak perduli dengan ocehan satpam yang memarahi dirinya, ia tetap bersikeras mencari keberadaan Vina. Tetapi hasilnya nihil. Berkali-kali ia mencari gadis itu tetapi tetap tak menemukan hasilnya. Hingga akhirnya ia sadar bahwa Vina telah pergi meninggalkan Indonesia mungkin bisa dibilang untuk selamanya. Kini Derry hanya dapat menyesali perbuatannya dulu. Menyesali keegoisannya. Lelaki itu pun terlihat lunglai setangkai mawar dan secarik kertas yang ada di tangannya perlahan luruh bersama dengan penyesalan dirinya. Kertas itu pun jatuh menyentuh bumi, dan memperlihatkan isinya. Sebuah puisi yang ia tulis untuk Vina.
Kulukis wajahmu dalam lekuk cakrawala bersama gelegak gairah jiwa yang terbawa hembusan angin
Membawakan partitur cinta disambut teriakan hati dan sorak kerinduan
Kubingkai senyummu dalam balutan bintang di temani sinar rembulan melumuri langit
Kan kusimpan senyummu pada rasi bintang terindah kan ku jaga pada tempat tertinggi di atas langit di temani gugusan bintang dan cerahnya bulan purnama yang tak segera sirna oleh datangnya embun pagi
Adalah senyummu yang slalu menghangatkan, adalah senyummu yang membuatku bahagia
Adalah senyummu yang rupawan nan mempesona terpana aku akan senyummu terbelenggu oleh seulas tarikan kecil di bibir yang membuatmu terlihat indah
Terbelenggu ku oleh senyummu seakan waktu berhenti ketika ku melihat senyummu seakan memberiku pencerahan oleh seulas senyummu
Seulas tarikan di bibirmu…
Kecil namun berakibat besar walaupun seulas tapi ku merasa sebesar dunia
Hanya seulas tarikan di bibirmu tapi mampu menggetarkan hati
Ku harap aku dapat terus melihat senyummu, walaupun hanya seulas atau sedetikpun aku bahagia..

Maaf untuk semua kesalahan yang telah aku lakukan. Aku menyayangimu.
-Derry-

Vina pergi membawa cintanya pada Derry dan Derry tinggal meninggalkan cintanya pada Vina. Entah sampai kapan mereka akan sanggup menunggu. Menunggu kepastian yang tak pernah pasti. Menunggu takdir mempersatukan mereka walau entah kapan. Cinta memang rumit. Kadang mudah tuk dimengerti, tapi kadang sulit tuk dimengerti. Cinta memang membuat manusia berpikir lain atas apayang mereka pikirkan. Cinta adalah anugrah, cinta adalah kidung sanubari, cinta adalah keindahan dan cinta adalah kasih sayang. Cinta datang kepada orang-orang yang masih memiliki harapan, karna cinta begitu indah namun menyakitkan.Tetapi cinta bisa berubah menjadi mukjijat, bisa menimbulkan hal-hal di luar akal piker manusia. Cinta juga bisa menunggu sampai kapanpun dan sampai berapa lamapun, begitupun dengan Derry yang tengah terduduk lunglai meratapi sang gadis pujaannya yang telah pergi entah untuk berapa lama. Yang pasti ia akan tetap menunggu walaupun itu menghabiskan sisa hidupnya.



TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"Simple Thing Called Love" by Anna Triana

Judul          : Simple Thing Called Love Penulis       : Anna Triana Penerbit      : Elex Media Komputindo ISBN          : 978 - 602 - 0...