JNGGA

Sabtu, 12 Mei 2012

In the last

"Rei...!!" teriak seseorang memanggil namanya dengan lantang, dan sudah dapat dipastikan orang-orang yang berada disekitar koridor tempat Rei berjalan langsung memerhatikan mereka berdua. Rei pun menoleh "Ada apa? Lo teriak pelan dikit kek. Malu nih!" protes Rei
"Sorry bro habis kalau gue gak teriak mana bisa lo noleh?"
"Iya juga sih.. Ada apa sih Dik?"

"Ini gue cuma mau ngasih tau kalau minggu depan anak-anak mau ngadain reunian gitu, ya bukan reunian juga sih tapi lebih ke kumpul-kumpul aja. Soalnya udah lama kan kita gak kumpul sama teman-teman SD? Lo mau join?" jelas Andika.
"Oh kumpul- kumpul ya? Gak tau deh Dik liat ntar ya?"
"Oke deh bro, ntar kasih tau gue aja."
Seperti di komando kedua anak manusia itu berpisah dengan sendirinya, memasuki kelas masing-masing.
***

"Minggu depan lo ikut?" tanya seorang gadis yang duduk di tepi tempat tidur sambil memerhatikan temannya yang sedang berbaring kebingungan.
"Gak tau. Gue gak janji" jawabnya acuh.
"Yaaah ko gitu? Ikut dong Nel biar seru"
"Gue gak janji Fit. Liat ntar aja"
"Ah elo mah bilang 'liat ntar' tuh sama dengar artinya 'enggak' kan?"
Dan Nela pun hanya membalasnya dengan senyuman. Entah senyum apa yang ia perlihatkan. Entah senang, sedih, kecewa, menyerah atau pasrah.
"Si Rei ya yang bikin lo gak ikut?" tanya Fitri hati-hati. Nela bangkit dari tidurnya, memandang Fitri sejenak, menghela nafas panjang lalu kemudian mengangguk. Harus ia akui bahwa memang alasan itulah yang membuat dirinya tidak bisa datang ke acara itu.
"Ya ampun Nel udah lah gak usah lo pikirin masalah lo sama Rei. Itu udah lama kan? Cuek aja lah"
"Justru itu Fit gue gak bisa cuek, gini ya kalau gue datang pasti Rei gak datang. Kan lo tau tempo hari dia marah banget sama gue. Dan selama ini tiap ada kumpul-kumpul kayak gitu dia gak datang kan? Jangankan dalam keadaan gini, dalam keadaan baik aja kayak pas kita masih pacaran dia gak datang kan?"

Fitri bergerak mendekati Nela. Seketika rasa bersalahnya itu muncul. Dia lalu memeluk sahabatnya itu.
"Kenapa sih lo Nel kan udah jelas dia yang salah, tapi kenapa Rei yang marah? Harusnya elo kan yang marah karena elo yang dibohongin mentah - mentah?" ucap Fitri dengan suara melunak.
"Gue juga gak tau Fit. Mungkin cara gue ngejebak dia dengan pura-pura jadi orang lain itu yang bikin dia marah. Kayaknya dia paling benci dijailin."
"Ya kalau gitu impas dong Nel, sama-sama bohong. Harusnya dia udah gak marah lagi lah"
"Dia emang udah gak marah, kemarin-kemarin gue sms dia untuk minta maaf. Tapi ya gitu deh dia udah maafin tapi kayaknya masih nyesek sama gue"
"Nah kalau kalian udah maafan elo datang dong" ucap Fitri seraya melepas pelukannya.
"Gak Fit, gue tetap gak akan datang. Gue masih bisa ngerasain rasa nyesek dia. Dia gak akan datang kalau gue datang. Please ya Fit jangan paksa gue. Gue cuma pingin Rei datang. Itu aja" jawab Nela dengan tubuh melemas, mungkin lebih tepatnya pasrah.
"Oke gue gak akan maksa lagi ko. Gue ngerti"
"Thank's ya" jawab Nela tersenyum simpul. Lalu kedua sahabat manusia itu berpelukan. Lepas sudah beban yang Nela rasakan kini. Walaupun sebenarnya ia rindu Rei, ingin bertemu dengannya, walaupun jauh juga tak apa. Biar. Asalakan ia dapat melihat wajah Rei walaupun sekilas dan jauh. Yang penting ia tak tertangkap oleh mata Rei agar yang hidup bisa tetap hidup dalam penglihatan Nela
                                                                                     ***

 Di suatu sore, saat langit mulai menjingga, saat matahari mulai terbanam, terdapat dua anak manusia yang sedang duduk berhadapan di sebuah kedai kue dan kopi, mereka berbicara santai sambil menyantap makanan yang mereka pesan.
"Rei lo ikut kan lusa?" tanya Andika membuka percakapan
"Gak tau. Kayaknya enggak" jawab Rei dingin.
"Ah elo.. Ikut dong, selama ini kan kalau ada kumpul-kumpul kayak gini lo gak pernah ikut!"
"Males!" jawabnya. Lagi-lagi dengan nada dingin.

 "Kenapa? Males ketemu Nela? Kalau itu yang lo permasalahin tenang aja. Nela gak akan ikut ko"
"Serius lo?"
"Serius gue!"

 "Ah paling itu cuma akal-akalan lo aja. Biar gue datang terus ntar si Nela tiba-tiba datang. Jadi lo ngejebak gue. Gak bakal percaya gue sama tipuan lo Dik!"
"Ya ampun Rei masa lo gak percaya sama gue? Demi Tuhan, Nela gak akan datang!"
"Serius lo? Tau dari mana? Kenapa dia gak datang?" tanya Rei dengan suara yang mulai melunak dan mata yang berbinar.

 "Heeh. Ya ampun harus ngomong berapa kali sih? Gue tau dari Fitri, kemarin di grup katanya Nela titip pesan gitu ke Fitri dan minta maaf kalau dia gak bisa datang, katanya sih ada acara lain."
"Oh gitu ya bagus deh kalau dia gak datang! Gue jadi ikut deh Dik"
"Ah elo giliran Nela gak datang aja elo semangat datang!"
"Ya abisnya gue masih males ketemu Nela

 "Masih lo permasalahin masalah yang dulu?"
"Ya gak juga sih, kemarin-kemarin dia sms gue ko minta maaf."
"Terus?"
"Iya gue maafin lah"

"Terus sekarang apa masalahnya kalau lo udah maafin dia?"
"Gue cuma belum siap aja ketemu dia. Masih kecewa. Nyesek!"
"Ya udah deh terserah lo aja" ucap Andika menutup pembicaraan diikuti oleh tenggelamnya matahari dan datangnya gelap malam.
                                                                                          ***
In the last…

Di satu sisi dua orang anak manusia segera bergegas menaiki sebuah motor untuk pergi ke tempat tujuan. Sedangkan di tempat lain tempak 2 orang anak manusia, hanya saja yang satu terlihat santai dan yang satunya terlihat sibuk merias diri di depan cermin. Nela masih tetap santai dengan kaos dan celana pendeknya, berbaring di atas tempat tidur sambil membaca novel sedangkan Fitri sibuk merias diri untuk bersiap-siap pergi dengan teman-teman semasa SD mereka.
"Lo yakin gak akan ikut?" tanya Fitri.
"Gak Fit" jawab Nela santai.
"Oke deh kalau gitu gue pergi dulu" pamit Fitri.
"Have fun ya? Salamin buat yang lain"
"Buat yang lain atau Rei aja?"
"Rese lo!" ucap Nela yang disusul dengan dilayangkannya bantal kepada Fitri.
"Hahaha gue pergi ya? bye." Lalu Fitri pun mulai melangkah keluar rumah diikuti tatapan Nela. Tatapan yang entah apa maksudnya. Sebenarnya Nela sangat ingin menyusul Fitri. Ingin sekali ia mengejar Fitri dan ikut ke acara itu. Tapi itu mustahil. Ia tak ingin Rei tambah marah padanya. Baginya cukup hal ini saja. Tidak perlu ditambah lagi. Seketika dirinya menjadi begitu nelangsa, kesal dengan keadaan ini. Menyesal dengan apa yang ia lakukan dulu. Kalau dipikir lagi ucapan Fitri memang benar. Seharusnya Rei lah yang mengalami keadaan ini, bukan dirinya. Perlahan ia mulai menitikan air mata diikuti satu lagu yang tiba-tiba terputar di playlistnya. Lagu favorite Rei 'Keyla - sadari hati' seketika Nela tertegun kemudian berbaring dan menangis sesegukan. Tanpa Nela ketahui Fitri merasakan tatapan Nela saat ia pergi. Tatapan yang terasa meusuk punggungnya secara bertubi-tubi. Fitri punberbalik arah dan melihat semua yang terjadi pada Nela.
                                                                                              ***

Waktu menunjukan pukul 8 malam. Fitri sudah sampai di tempat tujuan. Alangkah terkejutnya ketika ia melihat teman-teman SD nya yang dulu kecil mungil kini sudah beranjak dewasa. Mereka tersebar di beberapa SMA di kota ini. Mungkin sebagian ada yang pernah bertemu dengannya sebelum hari ini tapi ada juga yang baru ia lihat saat ini. Semuanya terlihat begitu berbeda. Terlihat tambah cantik dan tampan.
"Hei Fit lo gak sama Nela?" tanya Indra.
"Gak nih. Dia gak bakal datang"

"Loh kenapa Fit?" kali ini Hani yang bertanya.
"Ada acara lain katanya Han" Hani hanya mengangguk.
"Eh apa kabar lo Fit? Tambah kurus aja lo!" ucap Andika
"Eh sialan lo. Segini tuh udah dikit gendutan tau!"
"Gila..! Gendutnya segini gimana kurusnya" celetuk Rei gelegak suara tawa semuanya. Alangkah bahagianya teman-temannya saat ini. Dilihat dari raut muka mereka saat tertawa dan begitu menikmatinya.
"Eh gak ada Nela gak asik ya? Kurang seru nih!" celetuk Feby
"Ia banget. Padahal tuh anak kan yang paling gokil dan bikin kita semua pada senyum" tambah Bima.
"Ajakin Nela dong Rei, suruh dia datang!" celetuk Dewi.
"Loh ko jadi gue?" tepis Rei
"Elo kan mantannya, Toil!!" ucap Bima. Semua orang tertawa dan mengangguk mengiyakan.
"Udah deh udah mending gue telfon Nela ya?" putus Hani. Semua orang mengangguk setuju. Dan seketika itu juga semua orang hening. Ingin ikut mendengarkan pembicaraan Hani dan Nela. Semuanya menatap Hani dengan serius terlebih lagi ketika mereka melihat raut wajah Hani yang keheranan. Sepertinya terjadi sesuatu!
"Ada apa Han?" tanya Dewi ketika Hani menutup teleponnya.
"Apa kata Nela?" tanya Andika
"Dia bilang sih dia gak datang karena ada acara lain yang lebih penting. Tapi ko tadi suara Nela kayak yang lagi nangis ya?"

"Hah? Nangis kenapa?" tanya Indra.
"Gue gak tau. Lo tau sesuatu Fit?" tanya Hani pada Fitri.
"Gak Han gue gak tau"

 "Please jangan bohong sama kita Fit, gue yakin ada apa-apa. Gak mungkin lo gak tau. Lo kan orang yang paling deket sama Nela!"
Fitri terdiam, bingung dengan apa yang ia hadapi saat ini. Apakah harus diceritakan atau dia tetap bungkam? Ia sangat menghargai privasi sahabatnya itu tapi ia juga tak sampai hati melihat Nela nelangsa seperti tadi, menangis sesegukan di sisi tempat tidur. Fitri menarik nafas panjang..
"Oke gue akan cerita, tapi gue mohon kalian semua dengerin gue. Terutama elo Rei!" ucapnya tajam. Perlahan ia mulai menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Mereka semua mendengarkan Fitri sekaligus shock dengan apa yang terjadi terlebih lagi Rei.
"Jadi gitu ceritanya" ucap Fitri di akhir cerita.
"Dan sampai sekarang gue gak ngerti kenapa harus lo yang marah Rei. Padahal kalau gue pikir yang lebih sakit itu Nela. Dan kalau emang lo marah banget harusnya anggap impas! Karena lo juga yang udah bohongin dia malah Nela yang lebih sakit" lanjut Fitri. Hening. Tidak ada yang berani mengeluarkan suara.
"Dia sayang lo Rei. Dia belain nyiksa batinnya sendiri asal lo ikut, asal lo datang. Dia gak pingin lo jadi orang yang beda cuma karena gara-gara ada dia" kembali Fitri yang mengeluarkan suara. Rei terdiam. Ia tersentak dengan apa yang diucapkan Fitri. Perlahan dia mengantupkan rahangnya, menarik nafas dalam-dalam. Seketika kemarahan dan kecewaannya menguap. Tergantikan oleh rasa bersalah.

"Telfon dia.." ucap Rei kemudian, parau dan serak. Bima pun mengeluarkan ponselnya dan menekan keywoad handphonenya dan mencari nomor Nela, lalu menekan tombol hijau dan meletakan handphone itu di telinganya, namun tak kunjung diangkat. Bima pun menggeleng pelan. Disusul dengan Indra yang mencoba menghubungi Nela. Tapi hasilnya nihil.
"Mungkin Nela tau kalau kita nelfon dia buat minta dia datang" ucap Hani kemudian.
"Coba biar gue yang hubungin Nela. Mungkin kalau sama gue diangkat" ucap Rei. Ia pun meminta nomor handphone Nela pada Bima, karena semenjak putus Rei langsung menghapus nomor Nela dari kontak handphonenya. Nada ringtone yang sangat akrab di telinganya kini mengalum lembut. Tak lama kemudian telfon di sebrang diangkat.
"Hallo" ucap Nela
"Nel, kamu dimana?" tanya Rei langsung tepat pada sasaran.
"Maaf ini siapa?" tanya Nela. Rei memejamkan matanya lalu mengantupkan rahangnya, tepat sudah dugaannya, Nela pun menghapus nomor handphone dirinya dari kontaknya.
"Ini aku Rei, kamu dimana Nel?" ucapnya kemudian.
Deg. Nela tersentak mendengar suara yang berbicara padaya. Suara ini. Suara yang sangat ia rindukan.
"Aku lagi.. di.. euu.. di..." jawab Nela kikuk.

 "Aku tau kamu dirumah. Kamu siap-siap sekarang ya? Aku jemput kamu sekarang. Tunggu aku 20 menit lagi!"
"Eh tapi Rei aku..."
Rei buru-buru mematikan telefonnya sebelum Nela protes lebih banyak lagi.
"Gue jemput Nela dulu sekalian nyelesaiin masalah. Gak apa-apa kan lo pulang sendiri Dik?"
"Oke sob gak apa-apa ko. Good luck ya?"
"Kalau bisa lo bawa Nela kesini Rei, gue kangen dia" ucap Hani. Rei hanya membalasnya dengan senyuman lalu segera bergegas menuju rumah Nela

 Beruntung saat ini lalu lintas tidak mengalami kemacetan jadi dalam waktu 10 menit ia sudah sampai didepan rumah Nela. Rei segera turun dari motornya dan mengetuk pintu rumah Nela. Di bukanya pintu oleh Nela dan ketika pintu di buka Nela terlihat kaget karena Rei datang 10 menit lebih awal. Ada rasa rindu yang memuncak dalam diri Nela. Ingin sekali ia memeluk lelaki yang sekarang tengah berdiri dihadapannya. Andai saja masih bisa! batin Nela.
"Yu kita pergi" ajak Rei seraya mengulurkan tangannya.
"Tunggu, aku belum selesai siap-siap Rei" ucap Nela lirih.
Rei hanya tersenyum, lalu menatap Nela.
"Gitu juga udah cantik ko" lau Rei pun mengajak Nela untuk pergi. Setelah Nela meminta izin untuk mengambi jaket dan dompet ia pun ikut pergi bersama Rei. Selama di perjalanan baik Rei maupun Nela tidak banyak mengeluarkan suara. Mereka lebih banyak diam. Keadaan ini membuat keduanya canggung, dan membuat Nela mengurungkan niatnya untuk bertanya pada Rei bahwa mereka akan pergi kemana. Tanpa Nela ketahui, Rei tidak membawa Nela ke tempat teman-teman SD nya berkumpul, melainkan ke salah satu bukin yang menjadi favorite Rei ketika ia sedang ingin sendiri.
"Kok kesini? Yang lain mana?" tanya Nela ketika sampai i tempat tujuan.
"Yang lain gak ada disini, mereka kumpul di tempat lain" jawab Rei

"Terus kamu ngapain bawa aku kesini Rei?"
"Kamu suka tempat ini? Aku suka banget! Kalau aku lagi pingin sendiri pasti aku suka diam disini. Selain tempatnya gak berisik pemandangannya juga indah apalagi kalau malam. Aku jadi ngerasa dekat dengan bulan dan bintang" ungkap Rei mengacuhkan pertanyaan Nela.
"Iya emang pemandangannya bagus, tapi ngapain kita kesini Reeeiiiiiii?? Sementara teman-teman kita gak kumpul disini" protes Nela.
"Iya sabat Non, ini aku mau jawab. Kamu ini dari dulu sampai sekarang bawelnya gak ilang-ilang" jawabnya sambil tersenyum.
"Habisnya kamu nyebelin!"
"Tapi suka kan?" goda Rei.
Seketika Nela tertunduk malu. Tidak menyangka Rei akan mengucapkan kata-kata itu. Rei hanya tersenyum melihat perubahan wajah Nela. Perlahan dia angkat muka Nela agar dapat menatap wajahnya.
"Kenapa kamu harus bohong sih untuk gak datang?" ucap Rei dengan suara melunak dan raut muka tersenyum. Seketika raut wajah Nela menegang.
"Itu.. itu.. hmm aku.. aku.." jawab Nela kikuk.
"Aku udah tau semuanya. Fitri yang cerita semuanya sama aku. Aku gak nyangka kamu berani korbanin ini buat aku. Dan aku juga gak nyangka kalau kamu gak dendam dan masih sayang sama aku" ucap Rei lembut.

"Fitri?" tanya Nela kaget.
"Jangan salah sangka dulu, Hani yang maksa dia ceritain semuanya soalnya dia khawatir dengar suara kamu kayak yang lagi nangis, makanya dia paksa Fitri cerita. Kenapa sih?" ucapnya masih lembut.
"Maaf Rei.." jawab Nela sambil menundukan kepalanya lagi.
"Kenapa mesti minta maaf? Kamu gak salah Nel, dari dulu aku yang salah sama kamu. Aku yang udah nyakitin kamu. Maaf Nel.. Maafin aku" ucap Rei lirih. Nela hanya terdiam, tak bereaksi apa-apa. Hal ini membuat Rei kembali mengangkat muka Nela dan meraih tangannya.
"Nel, pengakuan Fitri buat aku terharu sekaligus sadar kalau sebenarnya aku juga masih sayang sama kamu. Nel, aku pingin kita balik kayak dulu. Please kasih aku kesempatan untuk memperbaiki kesalahan aku dulu" jelas Rei. Nela hanya terdiam, tidak menjawab apapun. Dirinya bingung harus menjawab apa atas pertanyaan Rei. Apakah ini artinya Rei sudah benar-benar memaafkannya? batin Nela.
"Aku udah maafin kamu untuk hal yang dulu itu Nel, aku udah gak marah lagi ko" ucap Rei seperti bisa membaca pikiran Nela.
"Jadi? Kamu setuju kita balik?" tanya Rei. Perlahan Nela tertunduk lalu mengangguk pelan.
"Kamu mau? Serius??" tanya Rei dengan binar. Nela mengangguk sekali lagi, lalu ia maju selangkah menghampiri Rei untuk memeluknya. Hal yang Rei lakukan adalah mundur selangkah menghindari pelukan Nela. Seketika muka Nela menegang dan merah padam menahan malu sementara Rei tersenyum jail menatap Nela. Lalu ia ulurkan tangannya dan meraih tubuh Nela ke dalam pelukannya. Nela dan Rei pun tertawa bersamaan dengan apa yang Rei lakukan. Kemudian Rei urai pelukannya dan menatap Nela tepat di manik mata. Perlahan wajahnya mendekat ke wajah Nela. Rei akan mencium bibir Nela. Seketika Nela panik mendapati tindakan Rei itu, ia pun menutup matanya rapat-rapat. Rei menyaksikan itu dengan senyuman, ketika bibir mereka akan bersentuhan Rei kembali mengeluarkan senyum jailnya. Dan.. Cup!
Ia pun akhirnya mencium kening Nela dengan rasa sayang yang benar-benar tulus dan ia rasakan seutuhnya pada Nela! Bukan pada gebetannya yang membuat mereka putus. Kini Rei benar-benar mencintai Nela sepenuhnya, tidak ada unsur paksaan apalagi menjadikan Nela pelarian seperti yang ia lakukan dulu. Nela pun bias merasakannya melalui ciuman yang didaratkan dikeningnya. Rei pun tau apa yang akan terjadi selanjutnya atas apa yang ia lakukan...
"Reiiiiiiiiii!!" pekik Nela. Lalu Rei pun kembali meraih tubuh Nela kedalam pelukannya.
"I love you Nel" ucapRei seraya mencium puncak kepala Nela.
"Me too" jawab Nela dengan beban yang benar-benar terangkat. Dan pada akhirnya mereka pun berpelukan di bawah terangnya sinar rembulan dan indahnya cahaya bintang.

TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"Simple Thing Called Love" by Anna Triana

Judul          : Simple Thing Called Love Penulis       : Anna Triana Penerbit      : Elex Media Komputindo ISBN          : 978 - 602 - 0...