Untuk waktu yang terus berlari
Menabrak semua asa dan harapan yang ada
Demi angin. Bisakah kau berhenti sejenak ketika aku sedang bersamanya?
Bisakah kau berhenti berlari saat asa dan harapan itu kembali muncul?
Demi waktu, aku terlalu bahagia ketika aku melihatnya dikejauhan. Aku terlalu cinta untuk mengabaikannya di pertigaan itu. Tapi aku terlalu takut untuk tenggelam lebih dalam bersama dirinya. Tidak. Aku sudah tenggelam terlalu dalam untuk hal ini.
Demi hujan dan pagi,
Bisakah kau katakan pada waktu untuk beristirahat sejenak?
Aku masih ingin melihat senyumnya yang menghiasi bibirnya.
Aku masih ingin tertawa bersamanya walau hanya sekejap.
Mungkin aku terlalu egois. Iya aku terlalu egois untuk tak bertemu dengannya. Aku terlalu egois untuk mempertahankan dirinya agar tetap ada dalam bola mataku.
Tapi sadarkah kau ketika aku mulai melihatmu lagi aku merasa pipi ini panas? Jantungku berdegup kencang sampai aku tak mendenger degup jantungku sendiri.
Ketika kau mulai memanggil namaku, aku menoleh. Dan saat itu aku melihat senyummu begitu indah. Begitu manis sampai aku tak sanggup melupakan senyummu.
Seketika itu jantungku makin menggila. Ada harapan yang menggila dalam diam. Berteriak memohon agar tak terlalu jauh tapi aku tetap egois.
Tidak. Sejak kau katakan permintaan itu saraf pada otakki sudah tidak berfungsi. Hanya hati dan perasaan yang mengendalikan tubuhku. Dan sampai saat kita bertemupun aku masih merasakannya. Disaat kita duduk berdampingan membicarakan apapun yang ada dalam pikiran kita masing masing saat itu lah aku merasa egois. Aku ingin waktu berhenti beberapa saat. Hanya agar aku dapat melihat senyummu lebih lama lagi. Aku tau itu tak mungkin.
Saat akhirnya kita berjalan masing masinv aku berfikir kapan kita akan ada dalam situasi seperti ini lagi? Akankah kita menemukan waktu lain selain hari ini, kesempatan ini. Saat itu juga aku merasa marah pada waktu. Mengapa kau datang begitu cepat? Mengapa kah mengambil kebahagiaanku?
Seperti dihempaskan dengan paksa aku mengerti itulah waktu yang Tuhan berikan padaku. Mungkin hanya untuk saat itu. Mungkin Tuhan hanya membiarkanku untuk mencobanya sekali. Mungkin Tuhan memberikan sepercik kebahagiaan dengan cara itu. Aku tau
Tapi saat ini yang aku rasakan, aku menyesal. Menyesal atas waktu yang berjalan begitu cepat. Atau menyesal karna aku yang memberikan waktu sesingkat itu?
Bandung, Juli 2014
seorang wanita yang mempunyai mimpi menjadi penulis fiksi, suka traveling, kuliner juga mencari inspirasi di tempat yang belum banyak dikunjungi orang. Jangan lupakan greentea atau hot chocolate :) welcome to my world, saya harap kalian suka dengan apa yang saya tulis
JNGGA
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
"Simple Thing Called Love" by Anna Triana
Judul : Simple Thing Called Love Penulis : Anna Triana Penerbit : Elex Media Komputindo ISBN : 978 - 602 - 0...
-
Pernah denger salah satu lagu Efek Rumah Kaca dengan judul Kau dan Aku Menuju Ruang Hampa? Yap, lagu yang berada dalam album Kamar Gelap d...
-
Judul : Ananta Prahadi Penulis : Risa Saraswati Penerbit : Rak Buku ISBN ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar