JNGGA

Senin, 11 Juni 2018

STILL...: Tentang Cinta, Keikhlasan dan Persahabatan





Judul                            : STILL…
Penulis                          : Esti Kinasih
Penerbit                        : Gramedia Pustaka Utama
ISBN                           : 978 – 979 – 22 – 2537 - 2
273 hlm
Rate     4,5/5

Sinopsis:
“Bima –si cowok macho yang suka panjat gunung- emang terkenal playboy, suka mengintimidasi, dan posesif. Kalau udah naksir cewek, dia langsung ngajak jalan. Nggak peduli tuh cewek naksir dia atau nggak. Dan tanpa bilang cinta, Bima menyatakan Fani sebagai pacarnya.

Fani menerima Bima karena terpaksa. Tapi ketika rasa tertekannya udah di puncak, dia minta putus dari Bima! Jelas Bima nggak mau ngelepas Fani, tapi Fani ngotot.

Disaat Fani bebas merdeka, Bima patah hati. Di saat Fani nemuin gebetan baru, Bima merenung. Cowok itu sok tegar, sok  baik-baik aja, sok memegang prinsip pantang bilang cinta, padahal hatinya sakit.

Sebenanrnya Bima nggak sepenuhnya ngelepas Fani. Fani juga nggak benar-benar membenci Bima. Ketika di suatu siang Bima ketemu cewek itu, Bima nggak sanggup menutupi kata hatinya.

Aku cinta kamu, Fan. Sekarang. Mudah-mudahan sampai nanti…’

Novel ini merupakan sequel dari novel CEWEK!!! yang terbit pada tahun 2005. Jika di novel CEWEK!!! mengisahkan tenang percintaan Rei dan Langen, di novel STILL… lebih fokus pada percintaan Bima dan Fani. Novel ini mengisahkan kelanjutan dari pertarunga Rei cs dan Langen cs yang ternyata belum usai. Dikisahkan pada akhirnya Langen dan Rei harus putus karena Rei tidak bisa menaklukan Langen, hubungan Fani dan Bima pun diambang putus karena Fani tidak tahan dengan sikap Bima, terlebih lagi, Fani pacaran dengan Bima karena terpaksa dan tentu saja Fani tidak mencintai Bima. Baginya, Bima adalah kutukan terbesar dalam hidupnya. Bukan cita-cita Fani memiliki cowok yang bromocorah, dominan, sok berkuasa layaknya preman pasar macam Bima. Fani juga ingin memiliki cowok yang sweet, manis, ganteng dan lembut. Sebut saja dia Fery, cowok yang membuat Fani jatuh cinta pada pandangan pertama dan bertekad meminta putus dari Bima. Namun, meminta putus dari Bima tidak segampang yang dibayangkan. Meminta putus dari Bima hanya memiliki satu arti, yaitu BENCANA. Hal itu tidak menyurutkan Fani untuk tetap maju melawan Bima. Sejak saat itu, Fani menjadi orang yang sulit dihubungi apalagi ditemui oleh Bima. Langen yang memang merupakan sahabat Fani sejak SMA, berdiri paling depan untuk melawan Bima dan membantu Fani putus dari Bima. Singkat cerita, Fani berhasil putus dari Bima. Bima patah hati, nelangsa dan sesak akibat rasa bersalah. Betahun-tahun menjadi playboy, dirinya tidak menyangka jika harus jatuh pada level ini. Di saat Bima nelangsa dan patah hati, Fani tengah berbahagia karena dia bisa menyambut cintanya, bisa dekat dan mulai PDKT dengan Ferry. Namun satu hal yang luput dari Fani, jika Ferry juga brengsek, bahkan lebih brengsek dari Bima. Melalui pembicaraan singkat, Ferry menusukkan kata-kata yang tidak pernah Fani duga sebelumnya, dan kejadian itu berakhir dengan Fani mengamuk dan menhancurkan mobil Ferry. Tanpa diduga, Fani pun terjatuh di level yang sama dengan Bima. Melalui beberapa nasihat Rei, Fani akhirnya sadar jika Bima tidak seburuk yang dia kira, bahkan jauh dalam lubuk hatinya, Fani mulai terbiasa dengan kehadiran Bima di hidupnya. Takdir seolah mempermainkan mereka, Bima yang enggan untuk meraih Fani kembali karena keberaniannya menguap dan Fani yang mulai lelah berkejaran dengan Bima dan menganggap Bima telah benar-benar menjauh darinya. Melalui beberapa kebimbangan, kegalauan, air mata dan rasa bingung, akhirnya satu waktu, mereka dipertemukan kembali. Tentu saja lewat beberapa figuran dalam kisah mereka, Bima akhirnya mau menemui Fani bahkan tanpa pikir panjang. Lewat kejadian romantis namun memalukan, Bima dan Fani akhirnya berbicara, mencari jalan keluar dari semua masalah yang menimpa mereka. Di lain hal, konflik Rei-Langen yang belum usai pun menemukan titik terang setelah melewati beberapa taktik yang dilakukan oleh Rangga dan Feby. Dan pada akhirnya, mereka semua berhasil menemukan solusi terbaik untuk semua masalah mereka setelah kebenaran dan kenyataan terbongkar di depan hidung masing-masing pasangan.

Novel ini mempunyai tema percintaan. Dengan persahabatan sebagai bumbu yang menarik. Jika pada novel sebelumnya lebih banyak diangkat sisi humor dan komedi, maka, di novel sequelnya lebih menampilkan sisi “berat” nya. Lebih serius dan sebuah konflik dalam percintaan menjadi sajian utama. Karena ini novel lanjutan, maka setiap adegan dan alurnya pun terasa lebih serius tanpa ada sisi humor. Untuk segi tema, saya berpendapat, jika tema ini sangat biasa dan banyak dipakai oleh penulis lain. Benci tapi cinta lebih tepat menggambarkan tema untuk novel ini.

Alur yang tersaji adalah alur maju mundur maju. Dimana alur dibuka dengan sebuah cerita lanjutan dari Langen dan Rei yang akhirnya harus berakhir juga keinginan Fani untuk bebas dari jerat Bima saat rasa tertekannya sudah sampai di ubun-ubun. Namun pada pertengahan cerita, dalam sudut pandang Bima, alur harus berubah menjadi mundur. Dalam bagian ini, diceritakan Bima sedang mengingat masa lalunya yang suram, masa lalunya sebagai playboy yang sudah banyak merusak kehidupan cewek yang sekarang jadi mantan pacarnya. Bima berusaha untuk meminta maaf pada semua cewek yang pernah dia sakiti guna menyingkirkan rasa sesak atas perginya Fani dari sisinya. Namun hal itu harus disimpan dalam angan, karena beberapa dari mereka, tidak memaafkan Bima. Dan dari sini, alur kembali maju, menceritakan kehidupan Bima dan Fani tanpa seseorang disamping mereka. Fani yang berubah menajdi pemurung dan Bima yang bermetamorfosis jadi cowok sopan dan lembut.

Penokohan atau karakter yang terdapat dalam novel ini begitu kuat dan terbilang unik. Saya sebagai pembaca sangat suka penggambaran karakter Bima yang dibuat brengsek tapi juga mempuyai sisi lembut. Juga penggambaran karakter Langen yang sangat menjunjung feminisme. Sejujurnya dalam novel ini, karakter cewek yang ada sangat unik dan lain dari pada yang lain. Novel ini sangat menjunjung tinggi arti emansipasi wanita, dimana karakter wanitanya digambarkan sebagai wanita yang kuat, pantang menyeah, berani bertarung, dan menjunjung tinggi keadilan, walaupun karakter yang dibuat mempunyai porsi yang berbeda. Karakter yang paling kuat feminisnya adalah Langen. Tokoh ini digambarkan sebagai cewek yang kuat, tangguh, pemberontak, cantik dan sangat menjunjung tinggi keadilan. Dia akan memberontak jika keadilan tidak berjalan sebagaimana mestinya. Kedua, adalah tokoh Fani, digambrkan sebagai cewek tangguh yang berani namun harus mendapat dukungan dari sahabatnya agar bisa menyuarakkan keadilan seperti Langen. Jika tidak ada Langen, Fani tidak mempunyai keberanian lebih banyak lagi, khususnya dalam melawan Bima. Yang terakhir ada Feby, sosok cewek yang digambarkan begitu feminim dengan ada jawa yang kental menambah menarik cerita ini. Tokoh Feby diambarkan sebagai cewek ayu keturunan ningrat yang masih menjunjung tinggi nilai dan nomar serta adat istiadat. Tokoh Feby ini mempunyai keunikan tersendiri, terlihat membosankan namun juga menarik ketika diamati lebih seksama. Feby memiliki ketangguhan tersendiri, digambarkan sebagai cewek lemah, namun sejujurnya dia juga mempunyai sifat pemberontak dan menjunjng keadilan serta setia kawan. Untuk tokoh cowok, tokoh yang lebih dominan adalah Bima digambarkan sebagai sosok cowok yang tidak bisa menerima penolakan, keras kepala, kejam namun juga mempunyai sisi lembut ketika berhadapan dengan cewek yang dia sayang. Bima memang digambarkan sebagai cowok playboy namun sebenarnya hal itu salah. Bima mempunyai alasan tersendiri untuk  sifatnya yang sering berganti-ganti pasangan. Dan alasan Bima masuk akal mengingat sebenarnya cewek-cewek itulah yang membuat dirinya sakit hati. Untuk hal ini, harus saya akui jika penulis berhasil membuat karakter Bima terlihat unik, terlihat brengsek namun sebenarnya sangat lembut dan penyayang. Karakter Rei digambarkan sebagai cowok yang keras kepala, bahkan untuk keadaan tertentu, Rei bisa lebih keras kepala dari Bima. Dia lebih pendendam dari pada Bima. Dan Rangga, yang digambar sebagai sosok yang biasa saja dan netral. Tokoh Rangga hadir sebagai penengah diantara kedua sahabatnya Bima dan Rei. Maka tokoh ini mempunyai andil yang cukup besar untuk mendinginkan suatu masalah.

Harus saya akui, jika penulis berhasil membuat karakter tokoh yang begitu rapi dan sempurna. Penggambaran setiap tokoh yang detail dan epic membuat pembaca merasa jika tokoh ini hidup. Jika kebanyakan penulis membuat hidup tokohnya dengan menangkat nya ke dalam dunia nyata, seperti membuatkannya akun twitter atau instagram, Esti Kinasih berhasil menghidupkan karakter setiap tokohnya hanya dengan jalan cerita yang sederhana namun membekas di hati para pembaca. Saya tidak bisa berkata-kata lagi untuk karakter setiap tokohnya selain kata sempurna, karena memang begitu adanya.

Untuk gaya basa atau diksi. Saya harus kembali memuji novel ini karena mempuyai diksi yang baik. Quotes-quotes yang luar bisa membekas menjadi salah satu keunggulan dalam novel ini. Juga cara Esti Kinasih bercerita dan mendeskripsikan setiap ceritanya terasa begitu nyata dan sempurna. Pemilihan kata yang cukup tepat juga takaran metafora yang terasa pas, tidak terlalu banyak juga tidak terlau sedikit. Banyak kata-kata dan kalimat-kalimat sederhana yang mempunya arti yang mendalam membuat saya terarik untuk terus membaca novel ini berkali-kali, bahkan tanpa henti. Jujur saja, saya banyak melihat review yang mengatakan novel CEWEK!!! lebih baik dari STILL… novel sebelumnya lebih terasa ringan dibanding sequelnya, dan novel sebelumnya lebih banyak komedi dibanding novel sequelnya. Saya tidak menyalahkan hal itu, setiap orang mempunyai selera yang berbeda, namun menurut saya pribadi, novel ini jelas lebih membekas dan lebih menyentuh dari pada novel sebelumnya. Jika novel sebelumnya hanya menghadirkan konflik ringan yang dibumbui komedi para tokohnya, di novel ini adalah konflik terakhir dari segala macam konflk, novel ini merupakan puncak atau klimaks dari novel sebelumnya yang hanya menghadirkan konflik tanpa penyelesaian.

Dan novel ini menjadi novel favorite saya dari semua novel yang menjadi koleksi saya. Novel ini membuat saya mencintai novel-novel lain juga membuat minat baca meningkat. Saya tidak pernah merasa bosan untuk membaca novel ini berkali-kali karena konflk, karakter, dan alur yang dihadirkan begitu menarik. Walaupun tema dan alurnya sangat biasa, tapi semua itu bisa ditutup dengan karakter dan tokoh juga diksi yang membuat novel ini terlihat special dan seru. Novel ini mempunyai akhir yang unik, walau akhirnya happy ending, namun orang-orang yang membuat kisah cinta Rei-Langen, Bima dan Fani lah yang menjadi pusat perhatian, terutama untuk konflik Bima dan Fani. Justru orang yang tidak terduga lah yang mampu menyelesaikan konflik mereka bedua dengan cara yang konyol dan lucu tentu saja.

Satu hal yang bisa saya ambil dari novel ini adalah, jangan cepat mengambil keputusan dalam segala hal. selalu ada konsekuensi dalam setiap keputusan yang diambil. Selalu ada resiko yang diterima ketika kita memilih sesuatu. Selain itu, komunikasi merupakan hal terpenting dalam sebuah hubungan. Sudah selayaknya kita berbicara sebelum menyesal pada akhirnya.

So, novel ini cocok dibaca untuk segala situasi dan suasana. Jangan lupakan gunung dan jeep kanvas untuk menambah kehidupan cerita ini. Akhir kata, terima kasih untuk pembaca yang sudah membaca review saya. Semoga kalian tidak pernah puas untuk hasil review saya dan membuat kalian penasaran untuk membaca novelnya. Selamat beraktivitas.

Salam,
Tina Wiarsih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"Simple Thing Called Love" by Anna Triana

Judul          : Simple Thing Called Love Penulis       : Anna Triana Penerbit      : Elex Media Komputindo ISBN          : 978 - 602 - 0...