Judul : STILL…
Penulis : Esti Kinasih
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 978 – 979 – 22 – 2537 - 2
273 hlm
Rate 4,5/5
Sinopsis:
“Bima –si cowok macho yang suka
panjat gunung- emang terkenal playboy,
suka mengintimidasi, dan posesif. Kalau udah naksir cewek, dia langsung ngajak
jalan. Nggak peduli tuh cewek naksir dia atau nggak. Dan tanpa bilang cinta,
Bima menyatakan Fani sebagai pacarnya.
Fani menerima Bima karena
terpaksa. Tapi ketika rasa tertekannya udah di puncak, dia minta putus dari
Bima! Jelas Bima nggak mau ngelepas Fani, tapi Fani ngotot.
Disaat Fani bebas merdeka, Bima
patah hati. Di saat Fani nemuin gebetan baru, Bima merenung. Cowok itu sok
tegar, sok baik-baik aja, sok memegang
prinsip pantang bilang cinta, padahal hatinya sakit.
Sebenanrnya Bima nggak sepenuhnya
ngelepas Fani. Fani juga nggak benar-benar membenci Bima. Ketika di suatu siang
Bima ketemu cewek itu, Bima nggak sanggup menutupi kata hatinya.
‘Aku cinta kamu, Fan. Sekarang. Mudah-mudahan sampai nanti…’ “
Novel ini merupakan sequel dari
novel CEWEK!!! yang terbit pada tahun 2005. Jika di novel CEWEK!!! mengisahkan
tenang percintaan Rei dan Langen, di novel STILL… lebih fokus pada percintaan
Bima dan Fani. Novel ini mengisahkan kelanjutan dari pertarunga Rei cs dan
Langen cs yang ternyata belum usai. Dikisahkan pada akhirnya Langen dan Rei
harus putus karena Rei tidak bisa menaklukan Langen, hubungan Fani dan Bima pun
diambang putus karena Fani tidak tahan dengan sikap Bima, terlebih lagi, Fani
pacaran dengan Bima karena terpaksa dan tentu saja Fani tidak mencintai Bima.
Baginya, Bima adalah kutukan terbesar dalam hidupnya. Bukan cita-cita Fani
memiliki cowok yang bromocorah, dominan, sok berkuasa layaknya preman pasar
macam Bima. Fani juga ingin memiliki cowok yang sweet, manis, ganteng dan lembut. Sebut saja dia Fery, cowok yang
membuat Fani jatuh cinta pada pandangan pertama dan bertekad meminta putus dari
Bima. Namun, meminta putus dari Bima tidak segampang yang dibayangkan. Meminta
putus dari Bima hanya memiliki satu arti, yaitu BENCANA. Hal itu tidak
menyurutkan Fani untuk tetap maju melawan Bima. Sejak saat itu, Fani menjadi
orang yang sulit dihubungi apalagi ditemui oleh Bima. Langen yang memang
merupakan sahabat Fani sejak SMA, berdiri paling depan untuk melawan Bima dan
membantu Fani putus dari Bima. Singkat cerita, Fani berhasil putus dari Bima.
Bima patah hati, nelangsa dan sesak akibat rasa bersalah. Betahun-tahun menjadi
playboy, dirinya tidak menyangka jika
harus jatuh pada level ini. Di saat Bima nelangsa dan patah hati, Fani tengah
berbahagia karena dia bisa menyambut cintanya, bisa dekat dan mulai PDKT dengan
Ferry. Namun satu hal yang luput dari Fani, jika Ferry juga brengsek, bahkan
lebih brengsek dari Bima. Melalui pembicaraan singkat, Ferry menusukkan
kata-kata yang tidak pernah Fani duga sebelumnya, dan kejadian itu berakhir
dengan Fani mengamuk dan menhancurkan mobil Ferry. Tanpa diduga, Fani pun
terjatuh di level yang sama dengan Bima. Melalui beberapa nasihat Rei, Fani
akhirnya sadar jika Bima tidak seburuk yang dia kira, bahkan jauh dalam lubuk
hatinya, Fani mulai terbiasa dengan kehadiran Bima di hidupnya. Takdir seolah
mempermainkan mereka, Bima yang enggan untuk meraih Fani kembali karena
keberaniannya menguap dan Fani yang mulai lelah berkejaran dengan Bima dan
menganggap Bima telah benar-benar menjauh darinya. Melalui beberapa
kebimbangan, kegalauan, air mata dan rasa bingung, akhirnya satu waktu, mereka
dipertemukan kembali. Tentu saja lewat beberapa figuran dalam kisah mereka, Bima
akhirnya mau menemui Fani bahkan tanpa pikir panjang. Lewat kejadian romantis
namun memalukan, Bima dan Fani akhirnya berbicara, mencari jalan keluar dari
semua masalah yang menimpa mereka. Di lain hal, konflik Rei-Langen yang belum
usai pun menemukan titik terang setelah melewati beberapa taktik yang dilakukan
oleh Rangga dan Feby. Dan pada akhirnya, mereka semua berhasil menemukan solusi
terbaik untuk semua masalah mereka setelah kebenaran dan kenyataan terbongkar
di depan hidung masing-masing pasangan.
Novel ini mempunyai tema percintaan.
Dengan persahabatan sebagai bumbu yang menarik. Jika pada novel sebelumnya
lebih banyak diangkat sisi humor dan komedi, maka, di novel sequelnya lebih
menampilkan sisi “berat” nya. Lebih serius dan sebuah konflik dalam percintaan
menjadi sajian utama. Karena ini novel lanjutan, maka setiap adegan dan alurnya
pun terasa lebih serius tanpa ada sisi humor. Untuk segi tema, saya
berpendapat, jika tema ini sangat biasa dan banyak dipakai oleh penulis lain. Benci
tapi cinta lebih tepat menggambarkan tema untuk novel ini.
Alur yang tersaji adalah alur
maju mundur maju. Dimana alur dibuka dengan sebuah cerita lanjutan dari Langen
dan Rei yang akhirnya harus berakhir juga keinginan Fani untuk bebas dari jerat
Bima saat rasa tertekannya sudah sampai di ubun-ubun. Namun pada pertengahan
cerita, dalam sudut pandang Bima, alur harus berubah menjadi mundur. Dalam
bagian ini, diceritakan Bima sedang mengingat masa lalunya yang suram, masa
lalunya sebagai playboy yang sudah
banyak merusak kehidupan cewek yang sekarang jadi mantan pacarnya. Bima
berusaha untuk meminta maaf pada semua cewek yang pernah dia sakiti guna
menyingkirkan rasa sesak atas perginya Fani dari sisinya. Namun hal itu harus
disimpan dalam angan, karena beberapa dari mereka, tidak memaafkan Bima. Dan
dari sini, alur kembali maju, menceritakan kehidupan Bima dan Fani tanpa
seseorang disamping mereka. Fani yang berubah menajdi pemurung dan Bima yang
bermetamorfosis jadi cowok sopan dan lembut.
Penokohan atau karakter yang
terdapat dalam novel ini begitu kuat dan terbilang unik. Saya sebagai pembaca
sangat suka penggambaran karakter Bima yang dibuat brengsek tapi juga mempuyai
sisi lembut. Juga penggambaran karakter Langen yang sangat menjunjung feminisme.
Sejujurnya dalam novel ini, karakter cewek yang ada sangat unik dan lain dari
pada yang lain. Novel ini sangat menjunjung tinggi arti emansipasi wanita,
dimana karakter wanitanya digambarkan sebagai wanita yang kuat, pantang
menyeah, berani bertarung, dan menjunjung tinggi keadilan, walaupun karakter
yang dibuat mempunyai porsi yang berbeda. Karakter yang paling kuat feminisnya
adalah Langen. Tokoh ini digambarkan sebagai cewek yang kuat, tangguh,
pemberontak, cantik dan sangat menjunjung tinggi keadilan. Dia akan memberontak
jika keadilan tidak berjalan sebagaimana mestinya. Kedua, adalah tokoh Fani,
digambrkan sebagai cewek tangguh yang berani namun harus mendapat dukungan dari
sahabatnya agar bisa menyuarakkan keadilan seperti Langen. Jika tidak ada
Langen, Fani tidak mempunyai keberanian lebih banyak lagi, khususnya dalam
melawan Bima. Yang terakhir ada Feby, sosok cewek yang digambarkan begitu
feminim dengan ada jawa yang kental menambah menarik cerita ini. Tokoh Feby
diambarkan sebagai cewek ayu keturunan ningrat yang masih menjunjung tinggi
nilai dan nomar serta adat istiadat. Tokoh Feby ini mempunyai keunikan
tersendiri, terlihat membosankan namun juga menarik ketika diamati lebih
seksama. Feby memiliki ketangguhan tersendiri, digambarkan sebagai cewek lemah,
namun sejujurnya dia juga mempunyai sifat pemberontak dan menjunjng keadilan
serta setia kawan. Untuk tokoh cowok, tokoh yang lebih dominan adalah Bima
digambarkan sebagai sosok cowok yang tidak bisa menerima penolakan, keras
kepala, kejam namun juga mempunyai sisi lembut ketika berhadapan dengan cewek
yang dia sayang. Bima memang digambarkan sebagai cowok playboy namun sebenarnya hal itu salah. Bima mempunyai alasan
tersendiri untuk sifatnya yang sering
berganti-ganti pasangan. Dan alasan Bima masuk akal mengingat sebenarnya
cewek-cewek itulah yang membuat dirinya sakit hati. Untuk hal ini, harus saya
akui jika penulis berhasil membuat karakter Bima terlihat unik, terlihat
brengsek namun sebenarnya sangat lembut dan penyayang. Karakter Rei digambarkan
sebagai cowok yang keras kepala, bahkan untuk keadaan tertentu, Rei bisa lebih
keras kepala dari Bima. Dia lebih pendendam dari pada Bima. Dan Rangga, yang
digambar sebagai sosok yang biasa saja dan netral. Tokoh Rangga hadir sebagai
penengah diantara kedua sahabatnya Bima dan Rei. Maka tokoh ini mempunyai andil
yang cukup besar untuk mendinginkan suatu masalah.
Harus saya akui, jika penulis
berhasil membuat karakter tokoh yang begitu rapi dan sempurna. Penggambaran
setiap tokoh yang detail dan epic membuat pembaca merasa jika tokoh ini hidup.
Jika kebanyakan penulis membuat hidup tokohnya dengan menangkat nya ke dalam
dunia nyata, seperti membuatkannya akun twitter
atau instagram, Esti Kinasih berhasil
menghidupkan karakter setiap tokohnya hanya dengan jalan cerita yang sederhana
namun membekas di hati para pembaca. Saya tidak bisa berkata-kata lagi untuk
karakter setiap tokohnya selain kata sempurna, karena memang begitu adanya.
Untuk gaya basa atau diksi. Saya
harus kembali memuji novel ini karena mempuyai diksi yang baik. Quotes-quotes
yang luar bisa membekas menjadi salah satu keunggulan dalam novel ini. Juga
cara Esti Kinasih bercerita dan mendeskripsikan setiap ceritanya terasa begitu
nyata dan sempurna. Pemilihan kata yang cukup tepat juga takaran metafora yang
terasa pas, tidak terlalu banyak juga tidak terlau sedikit. Banyak kata-kata
dan kalimat-kalimat sederhana yang mempunya arti yang mendalam membuat saya
terarik untuk terus membaca novel ini berkali-kali, bahkan tanpa henti. Jujur
saja, saya banyak melihat review yang mengatakan novel CEWEK!!! lebih baik dari
STILL… novel sebelumnya lebih terasa ringan dibanding sequelnya, dan novel
sebelumnya lebih banyak komedi dibanding novel sequelnya. Saya tidak
menyalahkan hal itu, setiap orang mempunyai selera yang berbeda, namun menurut
saya pribadi, novel ini jelas lebih membekas dan lebih menyentuh dari pada
novel sebelumnya. Jika novel sebelumnya hanya menghadirkan konflik ringan yang
dibumbui komedi para tokohnya, di novel ini adalah konflik terakhir dari segala
macam konflk, novel ini merupakan puncak atau klimaks dari novel sebelumnya
yang hanya menghadirkan konflik tanpa penyelesaian.
Dan novel ini menjadi novel
favorite saya dari semua novel yang menjadi koleksi saya. Novel ini membuat
saya mencintai novel-novel lain juga membuat minat baca meningkat. Saya tidak
pernah merasa bosan untuk membaca novel ini berkali-kali karena konflk,
karakter, dan alur yang dihadirkan begitu menarik. Walaupun tema dan alurnya
sangat biasa, tapi semua itu bisa ditutup dengan karakter dan tokoh juga diksi
yang membuat novel ini terlihat special dan seru. Novel ini mempunyai akhir
yang unik, walau akhirnya happy ending,
namun orang-orang yang membuat kisah cinta Rei-Langen, Bima dan Fani lah yang
menjadi pusat perhatian, terutama untuk konflik Bima dan Fani. Justru orang
yang tidak terduga lah yang mampu menyelesaikan konflik mereka bedua dengan
cara yang konyol dan lucu tentu saja.
Satu hal yang bisa saya ambil
dari novel ini adalah, jangan cepat mengambil keputusan dalam segala hal.
selalu ada konsekuensi dalam setiap keputusan yang diambil. Selalu ada resiko
yang diterima ketika kita memilih sesuatu. Selain itu, komunikasi merupakan hal
terpenting dalam sebuah hubungan. Sudah selayaknya kita berbicara sebelum
menyesal pada akhirnya.
So, novel ini cocok dibaca untuk
segala situasi dan suasana. Jangan lupakan gunung dan jeep kanvas untuk
menambah kehidupan cerita ini. Akhir kata, terima kasih untuk pembaca yang
sudah membaca review saya. Semoga kalian tidak pernah puas untuk hasil review
saya dan membuat kalian penasaran untuk membaca novelnya. Selamat beraktivitas.
Salam,
Tina Wiarsih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar