JNGGA

Jumat, 27 April 2018

Teh Terakhir


Seorang wanita terduduk di sudut ruangan. Matanya terus menatap ke luar jendela. Pandangannya kosong, rambutnya panjang terurai, pakaian yang ia kenakan sedikit berantakan ditambah kantung mata yang sangat ketara. Dihadapannya tersaji secangkir teh yang sejak tadi tidak terjamah oleh bibirnya. Setiap pagi dia datang kemari, memesan teh yang sama sekali tidak diminunya. Dia hanya terdiam, bergeming tanpa melakukan apa-apa sampai kafe ini tutup. Satu jam sekali, karyawanku harus menghampirinya untuk mengganti teh yang sudah dingin atas permintaannya.

Wanita itu terus melakukan hal yang sama sejak satu minggu yang lalu. Dan hari ini pun begitu. Seperti biasa, dia memesan secangkir teh dan meminta karyawan kami mengganti teh setiap satu jam sekali.

Satu jam….
Dua jam….

Wanita itu masih bergeming, memandang ke luar jendela. Saat jam ke lima,  ada sedikit perubahan pada apa yang dia tatap. Seorang pria berjalan hendak memasuki kafe ini yang terus diikuti oleh pandangan wanita itu. Semakin pria itu mendekati pintu, semakin jelas pula pandangnya terarah. Tatapannya tidak pernah melepaskan pria itu, bahkan saat dia memasuki ruang ganti dan kembali dengan mengenakan seragam seperti yang lain, tangannya membawa secangkir teh di atas nampan. Samar-samar kudengar pria yang tidak lain adalah karyawanku berbicara pada wanita itu.

“Ini teh mu. Teh terakhir,” ujarnya.
“Tolong, jangan pernah datang lagi. Aku harap kamu tidak melupakan kenyataan jika hubungan kita sudah berakhir.”

Dan saat itulah aku menyaksikan hal menyakitkan. Dengan berurai air mata, dia pergi meninggalkan tempat favoritnya. Meninggalkan sang pria yang masih memegang nampan dengan secangkir teh yang sudah hampir dingin.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"Simple Thing Called Love" by Anna Triana

Judul          : Simple Thing Called Love Penulis       : Anna Triana Penerbit      : Elex Media Komputindo ISBN          : 978 - 602 - 0...