Dalam rangka ulang tahun Teater Payung Hitam yang
ke-34, teater tubuh “POST HASTE” yang disutradarai oleh Rachman Sabur,
dihadirkan untuk memeriahkan rangkaian acara tersebut. Bertempat di GK. Sunan
Ambu ISBI Bandung, sejak petang para apresiator telah berkumpul memnuhi tempat
pertnjukan demi melihat pertunjukan tersebut. Tepat pada tanggal 21 Desember
2016, saya datang untuk mengapresiasi acara tersebut.
Open
Gate
dimulai pada pukul setengah delapan malam. Kami, para apresiator digiring ke
Studio Teater yang bertempat di lt. 2 gedung ISBI untuk menyaksikan pertunjukan
opening teater tubuh. Bagi saya, ini
merupakan pengalaman pertama karena sebelumnya belum pernah menyaksikan
pertunjukan teater tubuh. Singkatnya, kami semua para apresiator memasuki
studio yang sudah di dekor sedemikian rupa unik dan epic. Suasana yang gelap
dengan lampu seadanya menambah kesan klasik, property patung-patung dengan
berbagai pose yang seolah di tanam dalam tanah membuat keadaan sedikit horror
namun unik.
Saat pertunjukan dimulai, kami disuguhi oleh video
maping yang berisikan orang-orang seniman dengan gaya yang berbeda-beda.
Melakukan segala sesuatu gerakan teatrikal di alam bebas seperti sawah dan
sungai. Saya hanyut dalam tontonan tersebut, suara-suara menggaung menambah kesan
mencekam dengan suasana gelap. Untuk beberapa menit, apresiator dibuat terpukau
akan tontonan itu sampai pada akhirnya lampu menyala, menyorot arah atas dan
terdapatkan seseorang yang mebelakangi kami hendak turun. Dan lagi, saya dibuat
terpukau oleh konsep yang dihadirkan. Seorang pria yang perlahan turun, dan
kemudian mendekati patung-patung yang hadir, bagi saya merupakan simbolik hari
lahirnya manusia, dimana pada awalnya manusia diturunkan dari langit sebelum
akhirnya ditempatkan pada rahim wanita. Ketiadaan kata-kata membuat saya harus
mengkaji sendiri apa yang hendak disampakan oleh seniman kepada apresiator
khususnya saya. Saat itu, seniman mencoba bermain dengan berinteraksi dengan
penonton yang pada saat itu membuat orang yang ada disekitar tertawa, selama
pertunjukan, banyak sekali hal yang membuat saya terpukau dan terkagum dengan
gesture dan mimik sang seniman. Terakhir saya kembali terpukau saat sang
seniman membawa drum dan menjatuhkannya pada segumpal tanah yang dibentuk
sedemikian rupa menyerupai orang yang sedang berbaring. Hal unik berikutnya
adalah saat sang seniman keluar dan menuju Gk Sunan Ambu untuk menyaksikan
pertunjukan utama yakni Post Haste.
Dalam pertunjukan itu, para apresiator kembali di
ajak untuk berpikir karena semua pertunjukan hanya menggunakan mimic dan
gesture (gerakan tubuh) tidak sepatah katapun mereka mengaluakan kata apalagi
kalimat. Pertunjukan dimulai saat seorang pria yang sedang berada di dalam
warung mencoba memasukan segala bahan makanan ke dalam wajan, lama-kelamaan
semua hal yang ada di sana dia masukan sampai akhirnya warung itu roboh dan
sebuah lampu jatuh. Adegan berikutnya terlihat seorang wanita yang sedang
membaca berita koran dengan latar belakang foto presiden dan wakilnya. Setelahnya
wanita itu merasa bosan dan memasukan koran itu kedalam mulutnya sampai dia
muntah. Menurut saya pribadi, hal itu melambangkan kejenuhan masyarakat
Indonesia yang mulai jenuh dan bosan ketikan mendengar berita di media yang
selalu membahas hal sama, belum lagi ketika hal yang di bahas samar akan
kebenarannya. Tidak banyak yang saya tafsirkan dari pertunjukan ini karena saya
memposisikan diri sebagai penikmat bukan kritikus. Saya hanya menafsirkan atas
apa yang saya lihat dan saya coba kaji dan analisis. Pertunjukan dilanjutkan
saat seorang pria dengan pakaian dres putih terbangun dan berlahi menghindari
segalah hal yang jatuh dari atas. Hal ini termasuk unik karena sang actor yang
mampu membawakan suasana dan gimik yang pas untuk sebuah pertunjukan. Dan terakhir,
pertunjukan di tutup saat semua pemain berkumpul dengan segala emosi dan layar
infocus di fokuskan pada panggung yang menayangkan beberapa berita Indonesia. Pertunjukan
yang unik untuk sebuah selentingan atau sindiran mengenai keadaan Negara saat
ini. Saya sebagai apresiator begitu mengapresiasi atas pertunjukan Post Haste
yang dilaksanakan oleh Teater Payung Hitam Bandung benar-benar konsep unik dengan pertunjukan yang sangat simpel tapi mampu memukau para apresiator yang hadir untuk mengapresiasi acara tersebut. Sekian yang dapat saya
ulas, mohon maaf bila ada keasalahan atau satu hal yang kurang lengkap. Salam apresiasi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar