JNGGA

Kamis, 05 Januari 2017

Teater Tubuh "Post Haste" Pertunjukan Unik dengan Konsep Memukau


Dalam rangka ulang tahun Teater Payung Hitam yang ke-34, teater tubuh “POST HASTE” yang disutradarai oleh Rachman Sabur, dihadirkan untuk memeriahkan rangkaian acara tersebut. Bertempat di GK. Sunan Ambu ISBI Bandung, sejak petang para apresiator telah berkumpul memnuhi tempat pertnjukan demi melihat pertunjukan tersebut. Tepat pada tanggal 21 Desember 2016, saya datang untuk mengapresiasi acara tersebut.

Open Gate dimulai pada pukul setengah delapan malam. Kami, para apresiator digiring ke Studio Teater yang bertempat di lt. 2 gedung ISBI untuk menyaksikan pertunjukan opening teater tubuh. Bagi saya, ini merupakan pengalaman pertama karena sebelumnya belum pernah menyaksikan pertunjukan teater tubuh. Singkatnya, kami semua para apresiator memasuki studio yang sudah di dekor sedemikian rupa unik dan epic. Suasana yang gelap dengan lampu seadanya menambah kesan klasik, property patung-patung dengan berbagai pose yang seolah di tanam dalam tanah membuat keadaan sedikit horror namun unik.

Saat pertunjukan dimulai, kami disuguhi oleh video maping yang berisikan orang-orang seniman dengan gaya yang berbeda-beda. Melakukan segala sesuatu gerakan teatrikal di alam bebas seperti sawah dan sungai. Saya hanyut dalam tontonan tersebut, suara-suara menggaung menambah kesan mencekam dengan suasana gelap. Untuk beberapa menit, apresiator dibuat terpukau akan tontonan itu sampai pada akhirnya lampu menyala, menyorot arah atas dan terdapatkan seseorang yang mebelakangi kami hendak turun. Dan lagi, saya dibuat terpukau oleh konsep yang dihadirkan. Seorang pria yang perlahan turun, dan kemudian mendekati patung-patung yang hadir, bagi saya merupakan simbolik hari lahirnya manusia, dimana pada awalnya manusia diturunkan dari langit sebelum akhirnya ditempatkan pada rahim wanita. Ketiadaan kata-kata membuat saya harus mengkaji sendiri apa yang hendak disampakan oleh seniman kepada apresiator khususnya saya. Saat itu, seniman mencoba bermain dengan berinteraksi dengan penonton yang pada saat itu membuat orang yang ada disekitar tertawa, selama pertunjukan, banyak sekali hal yang membuat saya terpukau dan terkagum dengan gesture dan mimik sang seniman. Terakhir saya kembali terpukau saat sang seniman membawa drum dan menjatuhkannya pada segumpal tanah yang dibentuk sedemikian rupa menyerupai orang yang sedang berbaring. Hal unik berikutnya adalah saat sang seniman keluar dan menuju Gk Sunan Ambu untuk menyaksikan pertunjukan utama yakni Post Haste.


Dalam pertunjukan itu, para apresiator kembali di ajak untuk berpikir karena semua pertunjukan hanya menggunakan mimic dan gesture (gerakan tubuh) tidak sepatah katapun mereka mengaluakan kata apalagi kalimat. Pertunjukan dimulai saat seorang pria yang sedang berada di dalam warung mencoba memasukan segala bahan makanan ke dalam wajan, lama-kelamaan semua hal yang ada di sana dia masukan sampai akhirnya warung itu roboh dan sebuah lampu jatuh. Adegan berikutnya terlihat seorang wanita yang sedang membaca berita koran dengan latar belakang foto presiden dan wakilnya. Setelahnya wanita itu merasa bosan dan memasukan koran itu kedalam mulutnya sampai dia muntah. Menurut saya pribadi, hal itu melambangkan kejenuhan masyarakat Indonesia yang mulai jenuh dan bosan ketikan mendengar berita di media yang selalu membahas hal sama, belum lagi ketika hal yang di bahas samar akan kebenarannya. Tidak banyak yang saya tafsirkan dari pertunjukan ini karena saya memposisikan diri sebagai penikmat bukan kritikus. Saya hanya menafsirkan atas apa yang saya lihat dan saya coba kaji dan analisis. Pertunjukan dilanjutkan saat seorang pria dengan pakaian dres putih terbangun dan berlahi menghindari segalah hal yang jatuh dari atas. Hal ini termasuk unik karena sang actor yang mampu membawakan suasana dan gimik yang pas untuk sebuah pertunjukan. Dan terakhir, pertunjukan di tutup saat semua pemain berkumpul dengan segala emosi dan layar infocus di fokuskan pada panggung yang menayangkan beberapa berita Indonesia. Pertunjukan yang unik untuk sebuah selentingan atau sindiran mengenai keadaan Negara saat ini. Saya sebagai apresiator begitu mengapresiasi atas pertunjukan Post Haste yang dilaksanakan oleh Teater Payung Hitam Bandung benar-benar konsep unik dengan pertunjukan yang sangat simpel tapi mampu memukau para apresiator yang hadir untuk mengapresiasi acara tersebut. Sekian yang dapat saya ulas, mohon maaf bila ada keasalahan atau satu hal yang kurang lengkap. Salam apresiasi!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"Simple Thing Called Love" by Anna Triana

Judul          : Simple Thing Called Love Penulis       : Anna Triana Penerbit      : Elex Media Komputindo ISBN          : 978 - 602 - 0...